Selasa 09 Jul 2019 16:27 WIB

Realisasi Lifting Migas Capai 89 Persen

Kebutuhan migas semakin meningkat di tengah kerumitan area operasi dan eksplorasi.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi (migas) hingga Juni 2019 mencapai 1,8 juta barel setara minyak per hari (boepd). Jumlah ini setara 89 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 2 juta boepd.

"Total lifting migas tersebut terdiri dari lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 1,06 juta boepd," kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Selasa (9/7).

SKK Migas memproyeksikan target lifting migas 2019 bisa tercapai di semester dua tahun 2019 mengingat delapan dari 11 proyek akan mulai beroperasi (onstream) di semester dua tahun 2019. "Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gas yang semakin meningkat, penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan dimana kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang," ungkap Dwi Soetjipto saat berbicara dalam pembukaan Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) 2019 di Semarang.

FFPM merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi (Iafmi) bersama SKK Migas. Mengangkat tema "Inovasi dan Transformasi Fasilitas Produksi Migas Menyongsong Era Industri 4.0".

Dwi menambahkan industri hulu migas membutuhkan sebuah transformasi dan diversifikasi usaha. Bukan hanya sekedar mencari dan memproduksikan migas saja, namun harus memperhatikan hal-hal yang menjadi kebutuhan dari pasar energi, tuntutan terhadap penggunaan energi yang lebih bersih, dan lain sebagainya.

Transformasi dalam kegiatan operasi hulu migas yang akan diaplikasikan pada tahun ini diantaranya adalah Integrated Operation Center (IOC). IOC merupakan sebuah sistem integrasi data yang mencakup beberapa aplikasi/layanan pengelolaan kinerja operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama.

Salah satu manfaat IOC adalah optimalisasi perencanaan pemeliharaan fasilitas karena terbukanya data secara terintegrasi. Dengan optimasi perencanaan di awal tahun kegiatan operasi pemeliharaan fasilitas, berpotensi mengefisiensi anggaran pemeliharaan fasilitas sebesar 84 juta dolar AS di tahun 2019.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement