REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan tank M1A2T Abrams ke Taiwan. AS juga menyetujui penjualan Rudal Stinger dan peralatan terkait ke Taiwan yang diperkirakan senilai 2,2 miliar dolar AS.
Penjualan itu menuai kritik dari China. Kementerian luar negeri China menyatakan kemarahannya atas rencana penjualan tersebut.
China langsung mendesak AS untuk mencabutnya. Sebab, waktunya sangat sensitif ketika Washington dan Beijing berusaha menyelesaikan perang perdagangan yang terjadi berlarut-larut.
Badan Kerja sama Keamanan Pertahanan Pentagon mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa penjualan senjata yang diminta oleh Taiwan, termasuk 108 General Dynamics Corp (GD.N) tank Abrams M1A2T dan 250 rudal Stinger, tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di wilayah tersebut.
Seperti diketahui, AS adalah pemasok senjata utama ke Taiwan, daerah yang dianggap Beijing sebagai bagian dari China. Namun, Beijing tidak pernah meninggalkan opsi penggunaan kekuatan untuk membawa pulau itu di bawah kendalinya.
Berbicara di Beijing pada Selasa (9/7) waktu setempat, juru bicara kementerian luar negeri Cina Geng Shuang mengatakan, penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Menurutnya, hal tersebut adalah campur tangan yang kasar dalam urusan internal Cina, sehingga merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan Cina.
"Cina sangat tidak puas dan dengan tegas menentang hal ini. Kami telah membuat pernyataan tegas kepada pihak AS," kata Geng dalam jumpa pers.
"Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari wilayah Cina dan tidak seorang pun harus meremehkan tekad pemerintah Cina dan rakyat untuk mempertahankan kedaulatan serta integritas wilayah negara dengan menentang campur tangan asing," tegasnya.
Cina pun mendesak AS untuk segera mencabut penjualan senjata yang direncanakan. Cina juga mendesak AS mengakhiri semua kontak antara militer AS dan Taiwan guna menghindari kerusakan lebih lanjut pada ikatan Cina-AS serta perdamaian hingga stabilitas di Selat Taiwan.
Kendati demikian, Kantor Kepresidenan Taiwan menyatakan, terima kasih yang tulus kepada pemerintah AS untuk penjualan senjata. "Taiwan akan mempercepat investasi pada pertahanan dan terus memperdalam hubungan keamanan dengan AS dan negara-negara dengan gagasan serupa," kata juru bicara presiden Taiwan, Chang Tun-hab dalam sebuah pernyataan.