REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Wabah penyakit ebola di Afrika semakin luas penyebarannya. Hal tersebut diperparah karena konflik dan ketidakamanan bagi penduduknya yang diabaikan oleh dunia internasional.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebut wabah ebola terburuk kedua di dunia. Ia menyerukan kebangkitan global terhadap meningkatnya risiko wabah penyakit yang menyebar dari wilayah konflik. Sangat disayangkan sebab konflik memicu penyebarannya yang diabaikan oleh masyarakat internasional.
"Hanya ketika ada ketakutan dan kepanikan dalam tajuk berita barulah komunitas internasional memberikan uang untuk merespons," kata Tedros dilansir Guardian, Selasa (9/7).
Menurutnya, masalah sebenarnya adalah kurangnya dana sehari-hari untuk kesiapan memerangi epidemi serius ini, sebelum menjadi ancaman regional atau internasional. Berbicara soal pendanaan untuk respons terhadap wabah ebola, ia mengatakan, masalah utamanya adalah menahan diri dari memberikan dana hingga pada akhirnya ada ketakutan dan kepanikan.
"Sikap itu harus berubah. Kita seharusnya tidak mendanai dalam jumlah besar ketika kita panik, tetapi harus mendanai untuk menghindari kepanikan," ujarnya.
Mengingat momok menakutkan virus influenza Spanyol, yang menewaskan puluhan juta setelah Perang Dunia I, ia menambahkan, sistem kesehatan internasional di dunia yang semakin mengglobal hanya sekuat hubungan terlemah. Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Guardian di Jenewa, Tedros mengatakan ia percaya wabah di Republik Demokratik Kongo dapat dikendalikan dalam jangka pendek. Namun, virus tersebut pasti akan kembali jika ketidakstabilan politik berlanjut di Utara Kivu dan Iruri, yang merupakan provinsi utama wabah melanda.