Rabu 10 Jul 2019 04:51 WIB

Adab Bercanda

Bercanda ada adabnya agar tidak menimbulkan permasalahan

Perempuan tersenyum (ilustrasi).
Foto: REPUBLIKA/Israr Itah
Perempuan tersenyum (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nur Suharno     

Bercanda merupakan bagian dari kehidupan umat manusia. Tanpa canda, hidup terasa hampa dan monoton. Untuk itu, Islam memperbolehkan umatnya bercanda, asal tidak berlebihan. Rasulullah SAW pun pernah bercanda.

Baca Juga

Dari Hasan RA, dia berkata, ada seorang perempuan tua yang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah supaya memasukkanku ke dalam surga.” Rasulullah SAW menjawab, Wahai Ummu fulan, sesungguhnya surga itu tidak dimasuki oleh orang yang sudah tua renta.”

Perempuan itu pun berpaling sambil menangis. Lalu, Rasulullah SAW bersabda, Beri tahu dia kalau dia tidak akan masuk surga dalam keadaan sudah tua renta. Sebab, Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta, lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqiah [56]: 35-37). (HR Tirmidzi).

Islam telah memberikan tuntunan dalam bercanda agar canda yang dilakukan itu tidak berbalik menjadi dosa. Pertama, tidak berlebihan. Sebab, canda yang berlebihan akan menjatuhkan kehormatan dalam pandangan manusia. Kehormatan harga diri di dalam  Islam sama dengan kehormatan darah dan harta. Kesadaran orang untuk tidak mencuri harta atau mencelakai orang lain, belumlah cukup tanpa adanya kesadaran untuk menjaga kehormatan orang. Sabda Nabi SAW, Setiap Muslim dengan Muslim lain diharamkan darah, harta, dan harga dirinya.” (HR Muslim).

Kedua, bukan cacian dan cemoohan. Allah SWT berfirman, Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (QS Al-Hujurat [49] :11).

Ketiga, tidak menjadikan canda sebagai kebiasaan. Kesungguhan dan serius adalah karakter pribadi Muslim, sedang kelakar hanya sekadar jeda, rehat dari kepenatan.

Keempat, isi canda bukan dusta dan tidak dibuat-buat. Sabda Nabi SAW, Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa, celakalah!” (HR Abu Dawud).

Kelima, tidak menjadikan aspek agama sebagai materi canda. Allah SWT menegaskan, Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab, Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka tobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS At-Taubah [9]: 65-66). Wallahu a’lam. 

sumber : Pusat Data Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement