REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Turnamen masih berlangsung, penyelenggara Piala Afrika 2019 berbenah. Salah satu model pembenahan lewat pemberlakukan Video Assistant Referee (VAR) pada partai perempat final.
Teknologi ini diharapkan bisa membantu tugas wasit. Sehingga, para pengadil mampu mengeluarkan keputusan sesuai fakta yang terjadi.
"VAR tidak hanya membutuhkan peralatan, tapi juga keahlian. Semuanya siap untuk diimplementasikan," kata Sekretaris Jenderal Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF), Moaz Hajji, dikutip dari AFP, Rabu (10/7).
Sejumlah pihak mendukung kebijakan ini. Arsitek tim Benin, Michel Dussuyer, salah satunya.
Dussuyer berharap tidak ada masalah teknis dalam pemasangan VAR. Secara prinsip, ia menilai kehadiran VAR merupakan nilai tambah untuk sepak bola. "Bisa mengoreksi ketidak-adilan," ujar Dussuyer.
Bek Senegal, Salif Sane enggan fokus pada kebijakan ini. Bagi dia yang penting timnya tampil baik, maka kemenangan bisa diraih dengan atau tanpa VAR.
Tim nasional Ghana yang telah tersingkir turut mengomentari adanya VAR di perempat final. Satu gol Black Stars dianulir saat jumpa Tunisia pada fase 16 besar.
Pada akhirnya, Andre Ayew dan rekan-rekan tumbang di sesi adu penalti. Selama 120 menit, kedua pihak bermain imbang 1-1. "Kami bisa saja memiliki hasil yang berbeda, tapi VAR akan membantu sepak bola Afrika," ujar pelatih Ghana, Kweis Appiah.