REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah mengadakan seleksi tim medis. Seleksi dilakukan untuk Emergency Medical Team (EMT) yang akan terdaftar di World Health Organization (WHO).
Seleksi diadakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan diikuti sebanyak 38 orang. Mereka terdiri dari tenaga medis dan nonmedis.
Perekrutan tim ini diambil dari Amal Usaha Muhammadiyah Bidang Kesehatan (AUM-Kes). Sedangkan, tenaga nonmedis diambil dari MDMC tingkat wilayah dan cabang di seluruh Indonesia.
Untuk memudahkan peserta seluruh Indonesia, proses perekrutan dibagi menjadi dua. Regional satu di Jakarta untuk bagian barat dan regional dua di Yogyakarta untuk bagian tengah dan timur.
Manajer Program EMT, Corona Rintawan mengatakan, kegiatan ini diadakan untuk meningkatkan kapasitas dan level tim medis dari MDMC. Sekaligus, bagian dari proses persiapan verifikasi WHO.
Nantinya, lanjut Corona, tim medis bencana Muhammadiyah akan terus ditingkatkan kapasitasnya. Sehingga, tim medis sesuai standar internasional.
"Ini merupakan rangkaian proses mendapat pengakuan sebagai tim medis bencana internasional," kata Corona yang merupakan dokter di RS Muhammadiyah Lamongan tersebut, Selasa (9/7).
Proses akreditasi EMT ini merupakan pelaksanaan Mandat Muktamar 2015. Yaitu, Muhammadiyah di era globalisasi diharapkan tidak cuma berperan di level nasional, tapi internasional.
Corona menilai, MDMC memang sudah banyak berkecimpung di dunia kebencanaan tingkat nasional. Lalu, sudah diakui para pengampu kebijakan di level nasional.
MDMC sendiri menggandeng MPKU dan Lazismu untuk mewujudkan amanah itu. Sekretaris MPKU, Agoes Sulistiyo Dunda menilai, keterlibatan MPKU berperan sebagai pendukung.
Baik dari sisi kesehatan maupun sistem. Sehingga, tim ini akan menjadi sebuah relawan internasional yang andal. MPKU dan MDMC sendiri sudah sangat terkait sejak dulu dan satu rumah naungan.
"Kedua lembaga saling terlibat satu sama lain seperti simbiosis mutualisme," ujar Agoes.
Kepercayaan masyarakat dan WHO terhadap kiprah Muhammadiyah dalam kebencanaan, mendorong MDMC lebih membuka jalan ke internasional. Yaitu, dengan proposal kepada WHO untuk menjadi relawan di dunia.
Pengajuan itu diharapkan dapat mempermudah jalan birokrasi MDMC ketika ingin turun menjadi relawan di bencana internasional. Di awal-awal, MDMC selalu terlibat walaupun tidak langsung.
Banyak izin yang harus dilalui, dan mungkin harus menjadi sub dari lembaga lain. Dari sisi kemampuan, sisi kompetensi maupun sumber daya Muhammadiyah sudah memiliki itu semua.
Hal itu yang jadi modal MDMC untuk mengajukan diri ke WHO. MPKU berharap, tim medis ini menjadi tim Muhammadiyah yang andal dan akan selalu didukung oleh MPKU.
"Insya Allah akan menjadi tim yang mewakili Indonesia karena ketika ada penugasan dari WHO kali pertama yang akan ditugaskan pasti Muhammadiyah," kata Agoes.
Ia menilai, pengiriman tim ini bentuk implementasi ajaran Islam, agar terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Ini jadi salah satu implementasi dari kiprah di bidang kebencanaan.