REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in memprediksi pembatasan ekspor yang dilakukan Jepang terhadap perusahaan-perusahaan teknologi di negaranya akan berkepanjangan. Menurut dia, hal itu berisiko melambungkan pengeluaran negaranya guna membantu pihak-pihak terkait yang bergantung pada produk Tokyo.
“Kami tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa situasi akan berkepanjangan, terlepas dari upaya diplomatik kami untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Moon saat bertemu para eksekutif dari 30 konglomerat top Korsel pada Rabu (10/7).
Dia mengaku sangat menyayangkan situasi yang sedang dihadapi negaranya saat ini. “Tapi kami tidak punya pilihan selain mempersiapkan semua kemungkinan,” ujar Moon.
Pada kesempatan itu, Moon membantah tudingan bahwa Korsel secara ilegal mengirim hidrogen fluorida yang diimpor dari Jepang ke Korea Utara (Korut) yang jelas melanggar sanksi internasional. “Tidak diinginkan sama sekali bahwa Jepang mengambil langkah-langkah yang memberikan pukulan bagi ekonomi kita karena tujuan politik dan membuat pernyataan yang menghubungkan langkah-langkah itu dengan sanksi terhadap Korut,” katanya.
Hidrogen fluorida merupakan bahan kimia yang dilindungi oleh pembatasan ekspor Jepang. Ia dapat digunakan sebagai kandungan dalam senjata kimia.
Hubungan antara Jepang dan Korsel mulai memanas sejak pengadilan Korsel memutuskan bahwa perusahaan Nippon Steel, harus membayar kompensasi terhadap warga Negeri Ginseng yang menjadi korban kerja paksa pada era Perang Dunia II. Jepang menolak putusan tersebut.
Merespons hal itu, Jepang akhirnya memutuskan melakukan pembatasan ekspor bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan teknologi Korsel, seperti Samsung Electronics, LG Electronics, dan SK Hynix Inc. SK Hynix Inc merupakan produsen cip terbesar di dunia yang memasok kebutuhan perusahaan Apple dan Huawei Technologies.
Utusan kedua negara dilaporkan telah bertemu di World Trade Organization (WTO) untuk membahas masalah tersebut.