Rabu 10 Jul 2019 15:23 WIB

Sawah Puso Capai 200 Hektare, Kekeringan di Indramayu Meluas

Penggelontoran air sudah dilakukan untuk menyelamatkan tanaman yang kekeringan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Friska Yolanda
Petani memompa air dari telaga Balong di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (6/7/2019).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petani memompa air dari telaga Balong di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (6/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Kekeringan yang melanda areal tanaman padi di Kabupaten Indramayu semakin meluas. Tanaman yang mengalami puso (gagal panen) pun sudah mencapai ratusan hektare.

Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Indramayu, A Yani, menyebutkan, berdasarkan laporan yang diterimanya per 5 Juli 2019, luas tanaman padi yang mengalami kekeringan di Kabupaten Indramayu sudah mencapai sekitar 11 ribu hektare. Jumlah itu menunjukkan kekeringan sudah semakin meluas dari yang semula 3.978 hektare pada Juni 2019.

Baca Juga

Dari tanaman seluas 11 ribu hektare yang kekeringan itu, terdiri dari kekeringan ringan sekitar 4.000 hektare, kekeringan sedang 5.000 hektare dan kekeringan berat 1.300 hektare. "Selain itu, tanaman yang sudah mengalami puso mencapai sekitar 200 hektare. (Data pada Juni 2019), puso baru 28 hektare," kata Yani, Rabu (10/7).

Tak hanya itu, tambah Yani, sebanyak 13 ribu hektare tanaman padi juga saat ini kondisinya sudah terancam kekeringan. Jika pasokan air tersendat, maka dipastikan tanaman yang kini terancam kekeringan juga akan menambah daftar lahan yang mengalami kekeringan.

Meski demikian, lanjut Yani, instansinya hanya mengurusi soal tanaman. Sedangkan untuk masalah penggelontoran air, hal itu menjadi kewenangan Dinas PUPR.

Yani mengakui, upaya penggelontoran air sudah dilakukan untuk menyelamatkan tanaman yang kekeringan. Namun, kendalanya justru di sarana infrastruktur yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa menyalurkan air hingga ke ujung.

"Kewenangan untuk memperbaiki infrastruktur jaringan di Cipelang ada di tangan BBWS. Kalau jaringan di Cipelang sudah diperbaiki, maka air bisa menjangkau daerah-daerah yang ada di belakang," ujar Yani.

Ketika ditanyakan mengenai bantuan mesin pompa, Yani menyatakan, sudah membagikannya untuk para petani di wilayah Cikedung. Namun, petani tetap mengalami kesulitan karena mesin pompa juga membutuhkan solar sebagai bahan bakarnya.

"Untuk pemberian bantuan mesin pompa juga kita lakukan secara selektif karena kalau airnya tidak ada, buat apa mesin pompa?," kata Yani.

Selain mesin pompa bantuan, lanjut Yani, petani juga sudah banyak yang mempunyai mesin pompa sendiri. Namun, kendala utamanya adalah kurangnya debit airnya.

Yani mengungkapkan, kondisi kekeringan itu dipastikan akan mengancam target produksi padi di Indramayu. Dia menyebutkan, target produksi padi di Kabupaten Indramayu tahun ini mencapai 1,8 juta ton.

Sementara itu, berbeda dengan data Dimas Pertanian setempat, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono, menyebutkan, saat ini sudah sekitar 470 hektare tanaman padi yang mengalami puso di wilayahnya. Lahan tersebut tersebar di Desa Karangmulya seluas 200 hektare dan di Desa Karanganyar sebanyak 270 hektare. Tanaman tersebut rata-rata berusia sekitar 70 hari.

Selain tanaman yang sudah puso, Waryono pun menyebutkan masih ada sekitar 1.500 hektare lahan lainnya yang sudah terancam puso. Dia berharap, pasokan air segera datang untuk menyelamatkan tanaman tersebut.

"Kalau dalam waktu dekat air tidak segera datang, ya tanaman padi yang 1.500 hektare itu juga bisa puso," ujar Waryono.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement