Rabu 10 Jul 2019 15:55 WIB

AS Bentuk Koalisi Militer demi Perdagangan di Perairan Teluk

Koalisi militer AS untuk melindungi pengiriman komersial di lepas pantai Iran-Yaman.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Selat Hormuz
Selat Hormuz

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) sedang berupaya membentuk koalisi militer untuk melindungi pengiriman komersial di lepas pantai Iran dan Yaman. Hal itu menyusul terjadinya serangan terhadap sejumlah kapal tanker beberapa waktu lalu.

“Kami sekarang terlibat dengan sejumlah negara untuk melihat apakah kami dapat mengumpulkan koalisi yang akan memastikan kebebasan navigasi, baik di Selat Hormuz dan Bab al-Mandab,” ujar Kepala Staf Gabungan AS Jenderal Joseph Dunford pada Selasa (9/7).

Baca Juga

Menurut Dunford, Pentagon telah mengembangkan rencana spesifik. “Jadi saya pikir mungkin selama beberapa pekan ke depan kami akan mengidentifikasi negara mana yang memiliki kemauan politik untuk mendukung inisiatif itu dan kemudian kami akan bekerja secara langsung dengan militer untuk mengidentifikasi kemampuan khusus yang akan mendukungnya,” ucapnya.

Ketegangan di Selat Hormuz mulai tumbuh ketika empat kapal tanker diserang di dekat pelabuhan Fujairah pada 12 Mei lalu. Dua kapal di antaranya teridentifikasi bernama Amjad dan Al Marzoqah asal Arab Saudi. Sementara dua kapal lainnya adalah Andrea Victory milik perusahaan Norwegia Thome Ship Management dan A Michel yang berbendera Uni Emirat Arab (UEA). 

Pada Juni lalu, kapal tanker Jepang dan Norwegia kembali menjadi target penyerangan di Teluk Oman. Kapal tersebut diketahui bernama Kokuka Courageous dan Front Altair. 

Kapal Kokuka Courageous sempat terbakar akibat ledakan. Namun, seluruh awaknya selamat dan tak mengalami luka serius. AS menuding Iran terlibat dalam serangkaian serangan terhadap kapal-kapal tersebut.

Iran telah dengan tegas membantah tuduhan itu. Hingga kini belum diketahui siapa aktor yang mendalangi serangan-serangan terhadap kapal tanker tersebut. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement