REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami dengan menyusuri desa-desa rawan tsunami di pesisir selatan Jawa, mulai dari Banyuwangi hingga Serang. "Ekspedisi ini adalah tindak lanjut dari informasi-informasi tim intelijen kebencanaan yang terdiri atas para pakar di bidang kebencanaan," kata Direktur Pemberdayaan Masyarakat BNPB Lilik Kurniawan dalam jumpa pers yang diadakan di Graha BNPB diJakarta, Rabu (10/7).
Ia mengatakan ekspedisi tersebut bagian dari program kesiapsiagaan atau pencegahan yang akan dimulai pada Jumat (12/7) di Banyuwangi dengan dibuka oleh Kepala BNPB Doni Monardo. Pesertanya adalah forum pentahelix yang digagas kepala BNPB. Yaitu kementerian, lembaga, pemerintah daerah, relawan, dan lembaga swadaya masyarakat, lembaga usaha, perguruan tinggi dan akademisi, serta media.
"Ekspedisi ini akan mengecek kesiapsiagaan desa-desa di selatan Jawa dalam menghadapi tsunami, seperti apakah sudah ada sirine, jalur evakuasi, rambu-rambu petunjuk evakuasi, dan tempat evakuasi," tutur dia.
Selain itu, kata dia, peserta ekspedisi yang direncanakan 200 orang juga akan melakukan edukasi dan sosialisasi tentangkesiapsiagaan tsunami kepada masyarakat, khususnya di sekolah-sekolah. Lilik mengatakan 5.744 desa yang ada di seluruh Indonesia rawan terhadap tsunami. Di selatan Jawa terdapat 584 desa yang tergolong rawan tsunami.
"Karena itu, wilayah selatan Jawa penting untuk memiliki kesiapsiagaan terhadap tsunami karena penduduknya cukup banyak dan menjadi tujuan pariwisata. Bila terjadi tsunami, korbannya akan sangat banyak bila masyarakatnya tidak tangguh," kata dia.
BNPB mengadakan jumpa pers Ekspedisi Destana Tsunami. Selain Lilik, narasumber yang hadir adalah Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Rahmad Triyono, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Kementerian Dalam Negeri Safrizal Z.A., dan koordinator tim penulis Ekspedisi Destana Tsunami Trinirmalaningrum.