Kamis 11 Jul 2019 17:19 WIB

Harga Rajungan di Karawang Terus Turun Dua Tahun Ini

Rajungan mati harganya hanya Rp 50 ribu per kilogram.

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Dwi Murdaningsih
Nelayan menunjukkan hasil tangkapan kepiting rajungan (Portunus pelagicus) di Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (8/7/2019).
Foto: Antara/Arnas Padda
Nelayan menunjukkan hasil tangkapan kepiting rajungan (Portunus pelagicus) di Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (8/7/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Sejumlah nelayan asal Kampung Tengkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Kulon, Karawang, mengeluhkan turunnya harga rajungan. Sejak dua tahun terakhir harga rajungan terus mengalami penurunan. Saat ini, rajungan hanya dibandrol Rp 80 ribu per kilogramnya dalam kondisi hidup. Sedangkan, rajungan yang mati, harganya hanya Rp 50 ribu per kilogram.

Sukenda (40 tahun) nelayan setempat, mengatakan, harga tahun lalu untuk rajungan masih dikisaran Rp 100 ribu per kilogram. Tetapi, tahun ini hanya Rp 80 ribu per kilogramnya. Penurunan harga ini, tak diketahui sebabnya.

Baca Juga

"Yang jelas, harganya terus turun. Padahal, sebelumnya harga rajungan di atas Rp 120 ribu per kilogramnya," ujar Sukenda, kepada Republika.co.id, Kamis (11/7).

Menurut Sukenda, hampir seluruh nelayan di Tengkolak ini, mencari rajungan. Sebab, para nelayan hanya memiliki perahu di bawah tujuh grosston (GT). Dengan begitu, daya jelajah perahu ini tak bisa jauh-jauh. Hanya sekitar lima sampai 10 kilometer dari muara saja.

Adapun hasil tangkapan para nelayan, setiap harinya tidak tentu. Terkadang, rajungan yang tertangkap jaring nelayan bisa mencapai lima sampai delapan kilogram. Bahkan, bisa lebih dari delapan kilogram. Namun, tak jarang juga hasilnya hanya satu sampai dua kilogram.

"Saat ini, sedang musim angin muson timur, tangkapan nelayan agak lumayan. Rajungan yang saya tangkap saja bisa enam sampai delapan kilogram per hari nya," ujar Sukenda, yang sejak kelas empat SD sudah melaut ini.

Nelayan lainnya, Sahroni (30 tahun), mengaku, nelayan tak punya posisi tawar yang tinggi mengenai harga rajungan ataupun ikan. Sebab, jika harga dari nelayan tinggi, maka tidak akan tengkulak yang mau membeli hasil tangkapan tersebut.

"Ketimbang tidak ada yang membeli, terpaksa kami jual rajungan ini dengan harga yang telah ditentukan oleh tengkulak ini," ujar Sahroni.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement