Kamis 11 Jul 2019 17:45 WIB

Kepemilikan Domestik pada Obligasi Terus Ditingkatkan

Saat ini, kepemilikan domestik terhadap obligasi baru dua hingga tiga persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan  Luky Alfirman dalam peluncuran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman dalam peluncuran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus berupaya memperluas basis investor dalam negeri di pasar obligasi guna melakukan pendalaman pasar keuangan domestik. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan meningkatkan porsi penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel di tahun depan.

Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Loto Srinaita Ginting menuturkan, kepemilikan investor ritel dalam SBN memang masih minim. "Dua hingga tiga persen dari total (kepemilikan SBN)," ujarnya ketika ditemui usai peluncuran Saving Bonds Ritel (SBR) seri SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7).

Baca Juga

Dalam kurun waktu lima hingga 10 tahun mendatang, Loto berharap, porsi tersebut dapat meningkat pada level sembilan hingga 10 persen. Pemerintah telah memberikan ruang menuju target tersebut dengan menerbitkan 10 SBN ritel sepanjang tahun 2019. Kini, pemerintah tinggal menunggu bagaimana investor menyerap penawaran itu.

Upaya lain yang juga dilakukan pemerintah adalah memperluas platform penjualan SBN ritel. Sejak tahun lalu, pemerintah telah membuka penjualan SBN ritel melalui platform online. Perusahaan teknologi finansial (tekfin) yang kini semakin akrab dengan kehidupan masyarakat juga turut digandeng sebagai mitra distribusi (midis).

Terbaru, dalam penawaran SBR007, Kemenkeu sudah menggandeng 20 midis yang melayani penjualan SBN secara online. Jumlah tersebut meningkat dibanding saat penjualan SBR006, yakni 14 midis.

Pada tahun depan, Loto memproyeksikan, pemerintah masih akan terus memperluas platform. Frekuensi penerbitan SBN ritel pun diperkirakan dapat intensif seperti tahun ini. Tapi, untuk besarannya, pemerintah akan melakukan evaluasi pelaksanaan penerbitan sepanjang tahun ini. "Kalau melampaui target tahun ini (Rp 80 triliun), tahun depan kami akan tambah target," tuturnya.

Sepanjang 2019, pemerintah menargetkan penjualan SBN ritel mampu mencapai Rp 60 triliun hingga Rp 80 triliun. Pada semester pertama, realisasinya baru mencapai Rp 33 triliun. Loto mengatakan, jika target tersebut belum tercapai hingga akhir tahun, kemungkinan pemerintah masih akan memasang target penerbitan SBN ritel yang sama pada tahun depan.

Pada semester pertama, pemerintah sudah menerbitkan lima SBN ritel. Yaitu, Saving Bonds Ritel (SBR) seri SBR005 pada Januari, Sukuk Negara Tabungan (ST) seri ST-003 pada Februari, Sukuk Ritel (SR) seri SR-011 pada Maret, SBR006 pada April dan ST-006 pada Mei.

Sementara itu, lima SBN ritel lainnya diterbitkan pada semester kedua ini. Selain SBR007 yang baru dirilis, akan ada ST-005 pada Agustus, SBR008 pada September. Selanjutnya, Obligasi Ritel Indonesia (ORI)016 pada Oktober dan terakhir, ST-006 pada November.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement