Kamis 11 Jul 2019 19:43 WIB

Pengurus Yayasan Hadji Kalla Kunjungi BMH Pusat di Jakarta

Yayasan Hadji Kalla ingin mempelajari program Dai Tangguh dan ekonomi mandiri.

Direktur Markom BMH Pusat, Suwito Fatah; Direktur Utama Laznas BMH,  Marwan Mujahidin; dan Koordinator Umum Yayasan Hadji Kalla, Muhammad Zuhair (dari kiri ke kanan).
Foto: Dok BMH
Direktur Markom BMH Pusat, Suwito Fatah; Direktur Utama Laznas BMH, Marwan Mujahidin; dan Koordinator Umum Yayasan Hadji Kalla, Muhammad Zuhair (dari kiri ke kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laznas Baitul Maal Hidayatullah (BMH)  Pusat dikunjungi Koordinator Umum Yayasan Hadji Kalla, Muhammad Zuhair di kantor pusat BMH, Kalibata Office Park,  Jalan Raya Pasar Minggu Jakarta Selatan, Senin  (8/7).

Dalam sesi perkenalan,  pria murah senyum itu menyampaikan bahwa ia bergabung bersama Yayasan Hadji Kalla, Makassar, selama dua tahun, terhitung sejak 5 Juli 2017.

“Alhamdulillah, saya terlibat di Yayasan Hadji Kalla sejak 2017. Banyak hal yang telah kami lakukan, dengan penekanan program berdampak jangka panjang, kemudian mengurangi program bantuan langsung seperti uang tunai dan sembako, sekalipun tetap ada. Karena kami ingin pembangunan sosial ekonomi yang lebih merata dan berkelanjutan,” ucapnya kepada Direktur Utama Laznas BMH,  Marwan Mujahidin dan Direktur Markom BMH Pusat, Suwito Fatah.

Maksud kehadiran Muhammad Zuhair adalah silaturrahim dan berbagi  pengalaman. “Terus terang,  yang menarik dari BMH terutama program Dai Tangguh dan program ekonomi mandiri terdepan. Nah, saya ingin mendengar dan belajar kepada BMH bagaimana dua program itu diinisiasi dan berjalan sampai saat ini,” tuturnya.

“Sebab kami sebelum ini juga punya program dakwah dalam rangka peningkatan kualitas keislaman masyarakat melalui program tebar dai ke desa-desa terpentil,” imbuhnya  seperti dikutip dalam rilis BMH yang diterima Republika.co.id, Kamis (11/7).

Direktur Utama Laznas BMH,  Marwan Mujahidin pun memberikan penjelasan mengenai kedua program tersebut. “Bagi BMH, dakwah adalah gerbang pemberdayaan secara komprehensif, didasari oleh spiritualitas. Sehingga,  penyaluran program apapun yang disambut dengan kondisi spiritual masyarakat yang lebih baik, kemungkinan keberhasilan target suatu program dapat berjalan dengan baik,” paparnya.

Setelah berjalan sekitar satu jam lebih,  diskusi mengarah pada bagaimana sinergi BMH dengan Yayasan Hadji Kalla dapat dilakukan di masa mendatang.

Zuhair mengemukakan, sejauh ini Yayasan Hadji Kalla  dalam penyaluran program ekonomi menggunakan prinsip pemerataan berdasarkan prosentasi keluarga miskin di tiap kabupaten di Sulawesi Selatan.

Pertemuan yang berlangsung penuh kekeluargaan itu pun diakhiri dengan sesi serah terima cindera mata dari BMH kepada Koordinator Umum Yayasan Hadji Kalla.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement