REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakta mengenai sampah impor asal Amerika Serikat tak terhitung lagi banyaknya. Sampah impor yang menyalahi aturan karena kerap disusupi sampah dengan kandungan bahan berbahaya (B3) itu membuat gerah aktivis lingkungan hidup Indonesia. Aktivis lingkungan dari Ecoton Prigi Arisandi pun menyurati Presiden Amerika Serikat Donald Trump guna melancarkan protes keras.
Ketua Koalisi Persampahan Nasional (KPNAS) Bagong Suyoto mengatakan, sejak puluhan tahun lalu hingga kini, impor sampah dan bendara Amerika Serikat punya keterkaitan yang cukup erat. Amerika Serikat dinilai mendapatkan saudara di Asia dan terutama Indonesia sejak kekalahIan perang dengan Vietnam, tahun 1970-an. Amerika Serikat memperoleh gantinya yang lebih baik karena sumber daya alamnya melimpah, yakni Indonesia. Kondisi ini salah satunya juga mengakibatkan impor sampah asal negeri Paman Sam itu terus deras.
"Faktanya, beberapa bendera Amerika Serikat masuk ke Indonesia mengikuti masuknya impor sampah. Bukti-bukti faktual sangat valid menunjukkan, bahwa bendera Amerika Serikat itu ditemukan di atas tumpukan-tumpukan sampah impor di sejumlah tempat di Kabupaten Mojokerto, Gersik, Sidoarjo, Jawa Timur. Ini juga ditemukan ya di sampah-sampah yang ada di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat," kata Bagong dalam keterangan pers yang diterima Republika, Jumat (12/7) dini hari.
Lambang atau simbol super power itu, kata dia, berada di atas tumpukan-tumpukan sampah impor di Pulau Jawa. Hal itu juga dimungkinkan terdapat bendera negara lain, seperti Australia, Inggris, Jerman, Austria, Kanada, Jepang, dan dari negara maju lainnya. Selain itu, fakta lainnya yang ditemukan adalah ditemukannya pecahan uang seperti dolar AS, dolar Australia, Pounstering, dan yang lain
"Ini sering sekali ditemukan oleh pemulung dan pemilah sampah impor. Mata uang ditemukan diantara tumpukan sampah itu menjadi semacam artefak, bukti sejarah yang sangat valid," kata dia.
Dia membeberkan, pembacaan surat oleh aktivis lingkungan kepada Donald Trump seiring dengan dikumpulkannya sejumlah fakta. Berikut beberapa fakta lapangan yang merujuk peran Amerika Serikat dalam mengimpor sampah ke Indonesia.
Faktanya:
1. Amerika Serikat merupakan negara pengekspor sampah terbesar ke Jawa
2. Sampah asal Amerika berupa plastik, kotoran, popok, botol plastik yang sebagian besar tidak didaur ulang namun hanya bisa dibakar dan ditimbun
3. Kegiatan daur ulang sampah ini menyebabkan polusi mikroplastik di Sungai Brantas bahan baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo
4. Indonesia penyumbang sampah ke laut terbesar kedua setelah Cina. Mestinya Amerika dan negara maju lainnya tidak mengirim sampahnya ke Indonesia karena pengelolaan sampah di dalam negeri belum maksimal.
Menurut Catatan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), BaliFokus, dan Ecoton setidaknya 45 negara maju membuang sampahnya ke Indonesia. Indonesia dan negara Asia Tenggara dan Selatan menjadi tujuan dan target pasar dumping sampah impor dari negara-negara maju.
Apalagi setelah Cina mengeluarkan kebijakan menutup keran impor sampah, dunia perdagangan sampah chaos, dikenal dengan "National Sword". Implikasinya sampah impor membanjiri Thailand, Malaysia, Pilipina, Vietnam, Indonesia. Setiap tahun diperkirakan jutaan ton sampah impor masuk ke Indonesia, dan yang menyedihkan terjadi modus penyimpangan dengan alasannya mengimpor kertas. Modus tersebut nyatanya merupakan penyusupan asampah plastik, logam, dan limbah B3 lainnya.
Kondisi terus diperparah mengingat sisa-sisa sampah impor itu dibuang disembarang tempat, seperti saluran air, kali, pekarang kosong, sawah, hingga ke bekas galian tanah. Sehingga banyak ditemukan kuburan-kuburan sampah impor, seperti kasus di Kabupaten Bekasi. Sedangkan lainnya yang merupakan sisa sampah impor dibakar setiap hari mulai dari pagi hingga malam.