REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Tak kurang dari 2.000 jiwa warga sejumlah dusun di wilayah Kabupaten Semarang mulai terdampak musim kemarau, yang melanda daerah tersebut, dalam dua bulan terakhir. Akibatnya mereka mulai kesulitan mengakses air bersih bagi kebutuhan sehari- hari.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Heru Subroto mengungkapkan, institusinya telah menerima laporan perihal wilayah terdampak musim kemarau yang mengakibatkan warga di sejumlah dusun mengalami krisis air bersih sekaligus permohonan bantuan air bersih.
Berdasarkan laporan yang sudah diterima tersebut, lebih dari 2.000 jiwa yang terdampak tersebar di enam dusun dari tiga desa yakni Dusun Pungkruk, Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus; Dusun Ngropoh, Gogodalem Barat dan Gogodalem Timur, Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin.
"Dua dusun lainnya yang terdampak krisis air bersih meliputi Dusun Banyutarung dan Dusun Banjarsari, yang berada di Desa Bancak, Kecamatan Bancak," ungkapnya, saat dikonfirmasi di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jumat (12/7).
Terkait laporan dan permohonan bantuan air bersih tersebut, kata Heru, BPBD Kabupaten Semarang sejauh ini telah melakukan dropping air bersih total sebanyak 14 tangki atau setara 70 ribu liter ke wilayah dusun yang terdampak musim kemarau tersebut. Rinciannya adalah Dusun Pungkruk, Desa Jatirunggo sebanyak dua tangki untuk 125 kepala keluarga (KK); Dusun Ngropoh, Desa Gogodalem sebanyak empat tangki untuk 700 jiwa (275 KK); Dusun Gogodalem Timur dua tangki untuk 475 jiwa (250 KK) serta Dusun Gogodalem Barat sebanyak dua tangki untuk 350 jiwa (120 KK).
"Sedangkan bantuan air bersih untuk dua dusun yang berada di wilayah Desa Bancak, masing- masing meliputi Dusun Banyutarung sebanyak dua tangki untuk 240 jiwa (75 KK) dan Dusun Banjarsari sebanyak dua tangki untuk 368 jiwa (104 KK)," kata Heru.
Ia pun mengimbau, jika warga mulai kesulitan dan membutuhkan bantuan air bersih akibat dampak musim kemarau kali ini, agar berkoordinasi dengan masing- masing perangkat desa untuk mengajukan bantuan air bersih kepada BPBD Kabupaten Semarang. Sedangkan, bagi warga yang sampai saat ini masih bisa mengakses sumber air bersih namun debit airnya sudah mulai berkurang akibat musim kemarau, diimbau untuk bisa melakukan penghematan air atau memanfaatkan air dengan lebih bijak. Sebab berdasarkan prakiraan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Semarang, masih akan berlangsung hingga September mendatang.
Salah satu solusi jangka pendek yang paling bisa dilakukan untuk menjaga ketersediaan air bersih adalah bijak dalam memanfaatkan atau penggunaannya. "Jangan terlalu boros, manfaatkan air secukupnya. Termasuk jangan buang- buang air kalau memang tidak diperlukan," kata Heru.