REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen tiba di Amerika Serikat (AS) pada Kamis (11/7). Kedatangan Tsai di Negeri Paman Sam mempertegas bahwa Taiwan tidak dapat diintimidasi oleh pihak asing.
"Saya ingin menegaskan kembali bahwa Taiwan tidak akan pernah diintimidasi," ujar Tsai dalam sebuah resepsi di New York untuk perwakilan 17 sekutu diplomatik Taipei, yang sebagian besar merupakan negara-negara kecil di Amerika Tengah, Karibia atau Pasifik.
Perjalanan Tsai ke AS sempat membuat Beijing marah. China mengklaim bahwa Taiwan telah berkuasa dan berdemokrasi sendiri. Sebelumnya, Beijing meminta AS agar tidak memberikan izin transit kepada Tsai dalam rangkaian kunjungannya ke luar negeri.
"Tantangan yang kami hadapi hanya berfungsi memperkuat tekad kami untuk terlibat dengan komunitas internasional. Sebanyak 23 juta orang Taiwan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam urusan internasional dan hak ini seharusnya tidak tunduk pada prasyarat politik," kata Tsai.
Tsai akan menghabiskan empat malam di AS. Dia memulai perjalanannya di New York dan mengakhirinya di Denver sebelum kembali ke Taiwan. Tsai terakhir kali mengunjungi AS pada Maret lalu, dan biasanya hanya transit satu malam.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, tidak ada perubahan dalam kebijakan "satu-China", di mana Washington secara resmi mengakui Beijing dan bukan Taipei. Para analis mengatakan, kunjungan Tsai yang cukup lama bertujuan untuk menekankan dukungan Administrasi Trump terhadap dirinya.
Berbicara sebelum keberangkatan di bandara internasional utama Taipei di Taoyuan, Tsai mengatakan, dia akan berbagi nilai-nilai kebebasan dan transparansi dengan sekutu Taiwan. Dia berharap, Taiwan bisa mendapatkan ruang internasional.
"Demokrasi kita tidak datang dengan mudah dan sekarang menghadapi ancaman dan infiltrasi dari pasukan luar negeri. Ini merupakan tantangan umum yang dihadapi oleh negara-negara demokrasi di seluruh dunia. Kami akan bekerja dengan negara-negara dengan ide serupa untuk memastikan stabilitas sistem demokrasi," ujar Tsai.
Taiwan telah berusaha memperkuat aliansi diplomatiknya di tengah tekanan dari China. Dalam kunjungannya, Tsai dijadwalkan akan mengunjungi St. Vincent dan Grenadines, St Lucia, St Kitts dan Nevis, dan Haiti. Di New York, Tsai akan bertemu dengan anggota komunitas Taiwan. Departemen Luar Negeri menggambarkan bahwa kunjungan Tsai merupakan kunjungan pribadi dan bukan merupakan kunjungan resmi kenegaraan.
Tsai yang siap untuk dipilih kembali dalam pemilihan umum pada Januari mendatang, telah berulang kali menyerukan dukungan internasional dalam membela demokrasi Taiwan yang menghadai ancaman China. Beijing secara teratur mengirim pesawat dan kapal militer untuk mengelilingi Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Douglas Paal, yang menjabat sebagai wakil AS untuk Taiwan periode 2002-2006 mengatakan, kunjungan Tsai menunjukkan bahwa AS harus bersikap hati-hati dan dan menahan diri, terutama dalam berurusan dengan Beijing. Menurutnya, pemerintah AS percaya Tsai menghormati kerangka hubungan AS-China-Taiwan.
"Ini juga pesan ke China. Pemerintah AS percaya Tsai bertanggung jawab dalam menghormati kerangka hubungan AS-China-Taiwan," ujar Paal.
Paal mengatakan pemerintah Trump belum mengindikasikan perubahan signifikan dalam pendekatan tradisional AS ke Taiwan. Tetapi, hal itu bisa berubah jika terjadi penurunan hubungan AS dengan Beijing.
"Ini seperti mesin yang berjalan pada saat idle tinggi. Trump tidak terlibat, tetapi ada banyak aktivitas di tingkat bawah yang berupaya meningkatkan hubungan. Jadi perubahan belum terjadi secara besar-besaran, tetapi itu bisa terjadi kapan saja. Dengan konsekuensi yang tidak terduga," kata Paal.