REPUBLIKA.CO.ID, Puisi Oleh: Israkhansa
Kala itu, tiada perkenalan berarti.
Hanya ada bising suara yang tak pernah dinanti-
nanti,
kecemasan menggebu seolah harus segera
menjemput tibanya waktu,
hingga resah beradu tatap menjadi sebab kikuk
kian melanda.
Selembaran kertas seolah menuntut kami
untuk melebur satu,
Manik mata menegang diikuti helaan napas tak
beraturan.
Rasa-rasanya bagai mimpi tanpa terpaan angin.
Ibarat peribahasa, hidup segan mati tak mau,
kurang lebih, seperti itulah gambaran setahun silam.
Kala itu juga, tiada penyesalan berarti.
Sudah kali ke sekian, tubuh dan pikiran selaras
untuk terjaga sepanjang malam
terdengar sepintas luruhan isak tangis.
Yang tidak pernah dipertanyakan adalah mengenai
perpisahan.
Kenapa juga harus berpisah saat merasa aman?
Dan kenapa bisa merasa aman kalau akhirnya
harus berpisah?
Hanya ada satu jawaban; skenario Tuhan tidak
pernah terjangkau nalar ciptaan-Nya.
Miliaran rasa syukur,
memang tidak pantas terucap saat berpisah.
Tapi setidaknya,
hal itu mampu mewakili berjuta rasa bahagia
karena dipertemukan.
Dan semua pun tahu,
perpisahan tidak akan pernah bisa terhindari
walau hanya seujung kuku pun.
Entah itu karena takdir atau datangnya maut.
Tentang Penulis
Israkhansa adalah seorang penyair muda yang lahir di Coventry, Inggris. yang kini menduduki bangku kelas 10 di SMAN 14 Jakarta Timur. Selain suka memotivasi, dirinya juga aktif dalam penghidupan kembali literasi di kalangan generasi milenial melalui akun puisinya @isrkhs (di Instagram dan Twitter) dan juga @israkhansa di Wattpad.