Pelangi selalu indah dipandang
Urai merah-kuningnya sedapkan mata
Juntai hijau, biru dan ungunya tentramkan rasa
Raih pancawarnanya, gapai seribu suka cita
Indah dia ada di atas sana
Elok dia tak tersentuh raga
Anggun pesona hanya sekejap
Selintas asamu nan terkesiap
Ah, aku hanya manusia tanpa daya
Kagumimu bak merindu berpeluk rupa
Dambamu bak sisir lapis warnanya
Sampai berkalang tanah, raga inipun tak bisa
Ah, pelangi kau begitu indah
Bisa kumikmat meski sesaat
Namun, cintamu hambar sudah
Tanpa lagi warna memikat
Hatimu entah di mana
Ragamu bahkan sirna
Tertelan peluk telaga warna
Hingga diriku tak mampu bersua
Duhai asa
Bungkus kesucian jiwa
Jika aku berpikir, itu hanya dosa
Kenapa rela?
Bangun dan bangkitlah wahai jiwa
Jangan terpuruk di tengah hujan lebat
Sementara halusinasi begitu memikat
Warna pelangi jadikanku manusia nista
Duhai asa
Taubat atas nikmat sesat
Jika aku berpikir, itu hanya dosa
Lantas, kenapa engkaua masih rela?
Bergelut panorama warna
Sementara cintanya hampa
Bukan, bukan cintanya, untukmu
Tapi kekasih hatinya dan bukan kamu
Ngawi, 24 November 2019
Pengirim: Sunarti, bidan dan wiraswasta asal Kabupaten Ngawi, Jawa Timur