REPUBLIKA.CO.ID,
LELAKI JONI
Dalam gambar, Gus Mus selintas mengagumi Lelaki Joni
yang senyumnya semerbak mawar.
Dari lubuk hati Gus Mus suara itu kian kuat minta diucapkan.
Tetapi Gus Mus menahan suara itu hingga kembali kepada rahasia semesta.
Di kening lelaki plontos itu jelas tertulis, sama persis dengan suara hati Sang Kiai.
Bukan nuur. Tetapi juga bukan naar.
Ia tak bisa diterjemahkan.
Dia tak bisa ditafsirkan.
Tetapi, matahari di kening hanya bisa dilukiskan, melalui puisi.
-- Yogyakarta, 30 November 2019
TENTANG PENULIS
ABDUL WACHID BS Lahir pada 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur.
Wachid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM; menjadi dosen pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan lulus Program Studi Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo. Buku-buku karyanya antara lain: Rumah Cahaya (kumpulan puisi, 1995); Sastra Melawan Slogan(kumpulan esei, 2000); Religiositas Alam: dari Surealisme ke Spiritualisme D Zawawi Imron (kajian sastra, 2002); Ijinkan Aku Mencintaimu(kumpulan puisi, 2002);
Tunjammu Kekasih(kumpulan sajak, 2003); Beribu Rindu Kekasihku (kumpulan sajak, 2004); Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A Mustofa Bisri(kajian sastra, 2005); Sastra Pencerahan(kumpulan esei, 2005); Gandrung Cinta(kajian sastra-tasawuf, 2008); Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D Zawawi Imron(kajian sastra, 2009); Yang (kumpulan sajak, 2011); Kepayang (kumpulan sajak, 2012); Hyang (kumpulan sajak, 2014); dan NUN (kumpulan sajak, 2017).