Jumat 12 Jul 2019 15:49 WIB

Inggris Naikkan Level Keamanan Tertinggi di Perairan Iran

Kapal perang Inggris mengawal kapal tankernya yang melintas di Selat Hormuz.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Kapal perang Inggris HMS Montrose mengawal kapal tanker Inggris di Selat Hormuz.
Foto: Reuters
Kapal perang Inggris HMS Montrose mengawal kapal tanker Inggris di Selat Hormuz.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris menaikkan level ancaman terhadap kapal tankernya di perairan Iran ke tingkat tertinggi atau kritis. Kementerian Transportasi Inggris Raya mengatakan, Rabu (10/7), kapal-kapal Iran mencoba menghalangi kapal tanker mereka di perairan tersebut sebelum akhirnya di minta mundur oleh Angkatan Laut Inggris.

Iran telah mengancam membalas penyitaan salah satu kapal tanker mereka. Tapi membantah mencoba menyita kapal tanker Inggris Rabu lalu.

Baca Juga

Departemen Transportasi Inggris mengatakan sudah memberikan pengamanan kepada kapal-kapal Inggris yang berlayar di wilayah berisiko tinggi. BBC melaporkan, tingkat ancaman tinggi artinya kapal-kapal Inggris disarankan tidak berlayar di perairan tersebut.

Kapal-kapal yang mencoba menghalangi kapal tanker Inggris diyakini milik Garda Revolusi Iran. Mereka mendekati kapal tanker British Heritage dan mencoba menghalangi mereka keluar dari Selat Hormuz.

Dilansir dari BBC, Jumat (12/7), juru bicara Kementerian Transportasi Inggris mengatakan kapal perang HMS Montrorose yang membayangi kapal tanker milik BP tersebut terpaksa bergerak di antara tiga dan satu buah kapal. Senjata HMS Montrose mengarah ke kapal-kapal Iran tersebut untuk meminta mereka mundur.

Kapal-kapal Iran pun mundur dan tidak ada senjata yang ditembakkan. Pekan lalu Marinir Angkatan Laut Inggris membantu pihak berwenang Gibraltar untuk menyita satu kapal tanker Iran karena terbukti membawa minyak ke Suriah yang artinya melanggar sanksi Uni Eropa.

Juru bicara Kepolisian Gibraltar mengatakan pada Kamis (11/7) mereka menangkap kapten dan petinggi kapal tanker Iran itu. Mereka dicurigai telah melanggar sanksi Uni Eropa tapi tidak ada yang didakwa.

Hubungan antara Iran dan Inggris semakin menegang setelah pemerintah Britania Raya mengatakan rezim Iran 'hampir pasti' bertanggung jawab atas serangan dua kapal tanker pada Juni lalu. Ketegangan semakin meningkat ketika kapal tanker Iran disita di Gibraltar.

"Penyitaan tidak diperlukan dan (menciptakan) ketegangan non-konstruktif," kata salah satu pejabat Iran tentang penyitaan tersebut.

Ia meminta kapal tanker yang dinamakan Grace 1 segera dibebaskan. Sebelumnya pejabat Iran sempat mengatakan kapal tanker Inggris harus disita bila Grace 1 tidak dibebaskan.

Pada Rabu lalu Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Inggris 'takut' dan 'tak memiliki harapan. Sebab menggunakan kapal perang Angkatan Laut mereka untuk membayangi kapal tanker Inggris di Teluk.

"Anda, Inggris, menginisiasi ketidakamanan dan Anda akan menyadari konsekuensinya nanti," kata Rouhani.

Angkatan Laut Britania Raya mengerahkan satu kapal pengawal, empat pemburu ranjau dan satu kapal pendukung Royal Fleet Auxiliary di Fasilitas Pendukung Angkatan Laut di Mina Salman, Bahrain. BBC melaporkan kapal-kapal tersebut cukup memberikan kepastian keamanan tapi tidak menghentikan ketegangan.

Menurut BBC, kementerian transportasi belum mempertimbangkan untuk menambah kapal Angkatan Laut. Tapi mungkin akan dilakukan jika eskalasi ketegangan terus meningkat. 

Kantor Kementerian Luar Negeri Britania Raya mengatakan mereka akan mempertahankan kekuatan di wilayah tersebut dengan terus melakukan peninjauan. Tapi juga menegaskan tidak ingin melihat ketegangan semakin meningkat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement