REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Hampir selama dua dekade, tepatnya selama 16 tahun, ada satu nama pemain yang begitu identik dengan Real Madrid. Dengan menyandang nomor punggung tujuh, pemain ini begitu lincah di sepertiga akhir lapangan. Pergerakan dan penempatan posisinya begitu halus, tanpa bisa diduga pemain bertahan lawan. Kreativitas dan tendangan akurat menjadi senjata utamanya saat memanfaatkan peluang sekecil apapun di depan mulut gawang.
Rangkaian kemampuan inilah yang membuat Raul Gonzalez Blanco menjadi penyerang andalan Real Madrid dari rentang waktu 1994 hingga 2010. Raul dikenal sebagai salah satu penyerang paling konsisten yang pernah dimiliki Los Blancos. Berbagai gelar pun disandang oleh pemain kelahiran Madrid tersebut. Mulai dari Pangeran Bernabeu, hingga El Ferrari, yang mengacu kepada gaya permainannya, yang elegan tapi memiliki teknik tinggi dan mematikan di depan gawang lawan.
Pada masa jayanya, Raul adalah pujaan bagi publik Santiago Bernabeu. Konsistensi Raul ini terbukti dengan catatan penampilan buat Los Blancos. Mengoleksi 741 penampilan di semua ajang selama 16 tahun berseragam Los Blancos, Raul berada di posisi teratas pemain dengan jumlah caps terbanyak buat tim asal Ibukota Spanyol tersebut.
Raul pun menjadi pemain Real Madrid yang paling banyak tampil di gelaran La Liga, dengan catatan 550 penampilan. Sementara untuk urusan mencetak gol, Raul sukses mencetak 323 gol dari 741 penampilan bersama Madrid di semua ajang. Hanya Cristiano Ronaldo yang mampu melewati catatan gol Raul tersebut dan memuncaki daftar pencetak gol terbanyak Real Madrid sepanjang masa dengan capaian 450 gol dari 438 laga.
Sebuah era akhirnya bakal digantikan era yang baru. Ini pula yang menimpa Raul di Real Madrid. Bertahan di era los Galacticos perdana, Raul akhirnya harus tersingkir saat Presiden Real Madrid saat itu, Florentino Perez, menelurkan Los Galacticos edisi kedua pada awal musim 2009/2010. Kehadiran Karim Benzema mulai membuat Raul mulai tersingkir dari lini depan Los Blancos.
Penyerang yang sempat memperkuat tim junior Atletico Madrid itu akhirnya memutuskan mengakhiri kiprahnya bersama Los Blancos pada 2010 saat berusia 33 tahun. Raul pun menutup episode kariernya bersama Los Blancos dengan raihan enam titel La Liga, empat trofi Piala Super Spanyol, dua gelar Piala Dunia Antar Klub, dan tiga trofi Liga Champions.
Selepas meninggalkan Madrid, Raul sempat memperkuat Schalke 04, Al Sadd, dan New York Cosmos. Akhirnya, pada 2015, Raul memutuskan gantung sepatu dalam usia 38 tahun. Kendati tidak mengakhiri karier profesionalnya sebagai pemain di Madrid, tapi Raul dikenang sebagai salah satu simbol Real Madrid dan menjadi legenda klub yang dicintai oleh publik Santiago Bernabeu.
Di sisi lain, kecintaan terhadap Los Blancos pula yang akhirnya membawa Raul kembali ke Madrid, tentu bukan lagi sebagai pemain, namun sebagai pelatih. Di Madrid, eks penyerang timnas Spanyol itu pun mendapatkan kesempatan untuk menapaki karier sebagai pelatih. Berselang tiga tahun setelah gantung sepatu, Raul dipercaya untuk menjadi pelatih tim junior Real Madrid U-18 dan U-15, Juvenil B dan Cadete B.
Tidak perlu waktu lama buat Raul untuk membuktikan kemampuannya sebagai pelatih. Pada musim debutnya sebagai pelatih tim junior, Raul mampu membawa Juvenil B (U-18) menjadi juara di kompetisi U-18 sepak bola Spanyol pada musim lalu. Di Valdebebas, lokasi kompleks latihan Real Madrid, Raul dianggap sukses membawa semangat dan antusiasme kepada para pemain junior Real Madrid.
Kemampuan Raul ini tentu diirik oleh manajemen klub. Setelah mendapatkan lisensi kepelatihan dari UEFA, Pro License, Raul langsung ditawari posisi sebagai pelatih Real Madrid Castilla, atau Real Madrid B, pada musim depan. Ini menjadi lembaran baru sekaligus batu loncatan besar dalam karier kepelatihan Raul.
Pasalnya, secara de facto, Real Madrid Castilla menjadi salah satu pilihan buat pelatih tim utama Real Madrid untuk bisa mendapatkan pemain, selain dari pembelian di bursa transfer pemain. ''Raul Gonzalez Blanco, akan menempati posisi sebagai pelatih di Real Madrid Castilla. Raul, yang pada musim lalu menjadi pelatih tim junior, akan memulai karier profesionalnya sebagai pelatih di Real Madrid,'' tulis keterangan Real Madrid di laman resmi klub, beberapa waktu lalu.
Di Real Madrid Castilla, Raul bakal menggantikan posisi Jose Manuel Diaz. Nama terakhir ini dianggap gagal membawa tim Castilla tampil apik di kompetisi Segunda Divisi B, atau kompetisi kasta ketiga sepak bola Spanyol, pada musim lalu. Finish di peringkat keempat klasemen akhir, Real Madrid Castilla gagal promosi ke Segunda Division setelah kalah dari Cartagena dalam laga dua leg di babak play off.
Raul pun menyambut kesempatan menukangi Real Madrid Castilla dengan antusiasme tinggi, seraya dengan optimisme guna menjawab tantangan besar pada musim depan, yaitu membawa Real Madrid Castilla promosi ke Segunda Division. ''Ini kesempatan yang berharga, setelah saya mendapatkan lisensi kepelatihan dan satu musim menukangi tim junior. Ada tantangan yang besar dalam kesempatan ini, tapi saya akan menjawab tantangan itu sembari mempertahankan standar yang tinggi di Real Madrid,'' tutur Raul kepada Marca.
Menapaki Jejak Zidane
Sebenarnya, pihak klub memang telah mempersiapkan Raul sebagai pelatih Real Madrid pada masa mendatang, seperti halnya saat mempersiapkan Zinedine Zidane. Sebelum akhirnya menukangi tim utama Real Madrid pada Januari 2016 silam, Zidane memang sempat dipercaya menangani Real Madrid Castilla selama dua tahun, yaitu dari 2014 hingga 2016. Hasilnya, satu trofi La Liga dan tiga trofi Liga Champions secara beruntun mampu dipersembahkan Zizou saat menukangi tim utama Real Madrid.
Seperti halnya Zidane, Raul dinilai memiliki semua kualifikasi untuk bisa menjadi pelatih Real Madrid pada masa mendatang. Rekan setim Raul sewaktu membela Real Madrid dan timnas Spanyol, Fernando Hierro, pun memiliki pendapat serupa. ''Raul adalah tipe orang yang memiliki persiapan matang, dan dia adalah idola di Real Madrid. Rasanya tidak ada jalan lain selain kesuksesan yang akan dipersembahkan oleh Raul di tim Castilla. Dia memiliki pengetahuan yang mumpuni,'' tutur mantan pelatih timnas Spanyol tersebut seperti dikutip Marca.
Di tim Castilla, Raul memiliki amunisi pemain yang cukup menjanjikan. Selain gelandang serang berusia 18 tahun asal Jepang, Takefusa Kubo, yang direkrut Madrid dari FC Tokyo pada bursa transfer musim panas kali ini, Real Madrid Castilla juga akan diperkuat Rodrigo, penyerang asal Brasil berusia 19 tahun. Dua nama pemain ini menjadi sorotan terbesar dalam tim Real Madrid Castilla pada musim depan.
Kubo merupakan gelandang serang, yang sempat menimba ilmu di akademi La Masia milik Barcelona. Namun, lantaran gagal bersaing, Kubo akhirnya kembali ke Jepang dan memperkuat FC Tokyo. Penampilan impresifnya bersama FC Tokyo akhirnya mengantarkan Kubo ke timnas senior Jepang dan melakoni debutnya bersama timnas Jepang di gelaran Copa America 2019. Dalam usia 18 tahun, Kubo menjadi salah satu pemain termuda yang memperkuat timnas Jepang.
Selain itu, ada pula nama Rodrigo. Pemain asal Brasil ini direkrut dari Gremio Novorizontino. Rodrigo mampu menembus tim utama Gremio pada usia 17 tahun. Keberhasilan mencetak lima gol dalam empat laga di ajang turnamen junior, La Comunidad de Madrid under-17, membuat manajemen Los Blancos meminangnya pada Mei 2018 silam. Rodrigo pun telah melakoni debut bersama tim Castilla pada Januari 2019 silam.
Akhirnya, selain bisa membawa Real Madrid Castilla promosi ke Segunda Division, tantangan terbesar Raul bukan hanya soal meningkatkan kemampuan teknis para pemain tersebut, tapi juga menyiapkan mental para pemain muda. Ini semua semata-mata agar para pemain tersebut siap untuk bisa bersaing di tim utama Real Madrid. Jika mampu memenuhi harapan tersebut, maka jalan buat Raul untuk menjadi pelatih tim utama Real Madrid semakin terbuka lebar.