Jumat 12 Jul 2019 18:09 WIB

Maskapai Masih Hadapi Kesulitan Turunkan Harga Tiket

Maskapai belum menerapkan kuota penurunan harga tiket secara keseluruhan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Sejumlah pesawat dari berbagai maskapai penerbangan berada di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makasar, Sulawesi Selatan, Jum'at (21/6/2019). Pemerintah resmi memutuskan untuk menurunkan harga tiket pesawat pada maskapai low cost carrier (LCC/penerbangan murah) domestik dan berlaku bagi penerbangan pada jam tertentu serta tidak berlaku secara menyeluruh.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Sejumlah pesawat dari berbagai maskapai penerbangan berada di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makasar, Sulawesi Selatan, Jum'at (21/6/2019). Pemerintah resmi memutuskan untuk menurunkan harga tiket pesawat pada maskapai low cost carrier (LCC/penerbangan murah) domestik dan berlaku bagi penerbangan pada jam tertentu serta tidak berlaku secara menyeluruh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Implementasi penurunan harga tiket angkutan udara masih menghadapi hambatan. Dari kesiapan sistem reservasi tiket, baru maskapai Citilink dari Garuda Indonesia Group yang sudah siap melakukan penyesuaian. Sedangkan, Lion Air dari Lion Air Group masih membutuhkan waktu dalam memperbaharui sistem dan berkomitmen mulai melakukannya pada Kamis (18/7).

Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono menyebutkan, dalam pelaksanaan kebijakan penurunan tiket yang sudah berlaku sejak Kamis (11/7), Citilink belum menerapkan kuota secara keseluruhan. Sebab, dari 62 penerbangan mereka yang masuk dalam bracket, hanya 34 di antaranya yang masih tersedia untuk harga 50 persen. 

Baca Juga

"Sisanya, sudah di-book dari jauh-jauh hari," ujarnya dalam sesi diskusi bersama media di kantornya, Jakarta, Jumat (12/7). 

Bracket atau kategori yang dimaksud Susiwijono adalah penerbangan dua maskapai Low Cost Carrier (LCC), Lion Air dan Citilink, dalam rentang waktu tertentu yakni Selasa, Kamis dan Sabtu antara pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. Dalam bracket itu, terdapat 208 penerbangan secara keseluruhan, yaitu 62 penerbangan Citilink dan 146 penerbangan Lion Air Group. Perlakuan ini pun hanya berlaku untuk 30 persen dari total bangku setiap penerbangan. 

Setiap penerbangannya, Citilink dapat memberlakukan penurunan harga terhadap 54 bangku. Artinya, apabila 34 penerbangan Citilink telah menerapkannya di hari pertama, terdapat 1.836 bangku yang terdampak. Hanya saja, dalam catatan Susiwijono, sebanyak 411 bangku yang memperoleh penurunan harga. 

Susiwijono mengatakan, kondisi tersebut dikarenakan sudah banyak masyarakat yang memesan untuk penerbangan pada pekan ini sejak jauh hari. Pasalnya, pekan ini merupakan pekan terakhir libur panjang sekolah. "Ini menjadi dampak dari pola reservasi di LCC, yaitu ada gap atau jarak waktu antara date of issued dengan date of travelling sekitar 30 hari," ucapnya. 

Di sisi lain, Susiwijono menambahkan, ada beberapa penerbangan Citilink yang seluruh kuota 30 persen menggunakan potongan harga 50 persen. Di antaranya adalah penerbangan dari Solo ke Cengkareng yang berangkat pukul 13.50 WIB. Selain itu, sebanyak 52 bangku pada penerbangan Yogyakarta ke Halim Perdanakusumah pukul 13.10 juga telah menerapkan penurunan harga.

Guna memastikan keberlangsungan kebijakan ini, Susiwijono menjelaskan, pemerintah bersama seluruh pelaku industri penerbangan akan rutin melakukan rapat teknis setiap sepekan sekali. Dalam rapat tersebut, mereka akan rekonsiliasi data based on schedule atau data sebenarnya. "Dengan begitu, perhitungan loss sharing antara stakeholder dapat terlihat," ucapnya. 

Tidak hanya itu, seluruh pihak akan melakukan evaluasi di tingkat kebijakan pada bulan depan. Susiwijono mengatakan, rapat tersebut membahas tingkat efektivitas kebijakan ini dalam mendorong pertumbuhan industri penerbangan sekaligus memastikan ketersediaan penerbangan murah bagi masyarakat. 

Susiwijono menilai, mengingat peranan LCC dominan dalam industri penerbangan, dampak penurunan harga ini seharusnya dapat berdampak signifikan. Tapi, pihaknya akan terus melakukan evaluasi, terutama terkait variabel teknis yang bersifat dinamis. "Kalau memang hasilnya tidak signifikan atau pelaksanaannya sulit, ya akan kita ubah," katanya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement