REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Elemen masyarakat di Kota Sukabumi terutama pendekar silat mendeklarasikan Kujang Day di Pondok Pesantren Dzikir Alfath, Kecamatan Gunungpuyuh, Jumat (12/7). Kegiatan tersebut untuk melestarikan budaya sunda dari pengaruh perkembangan zaman.
Deklarasi Kujang Day berisi pagelaran budaya silat yang dilakukan dalam rangka memeriahkan hari ulang tahun (HUT) Bhayangkara ke-73. Pada momen itu hadir Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi, Kapolres Sukabumi Kota AKBP Susatyo Purnomo Condro dan pimpinan Ponpes Dzikir Alfath KH Fajar Laksana. Selain itu para pendekar silat dari Federasi Pencak Silat Tradisi Internasional (FPTSI).
"Pemkot berupaya mengangkat dan melestarikan seni dan budaya sunda," ujar Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi. Salah satunya memberikan apresiasi atas digelarnya Kujang Day.
Kujang terang Fahmi, merupakan salah satu ciri khas di wilayah Jawa Barat ataupun Sunda. Dilihat dari sejarahnya, kujang ini mulai ada di Jawa Barat sekitar abad ke-8. Akan tetapi dalam catatan sejarah yang lain, dinyatakan abad ke 14 ketika Padjajaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi saat itu berkibar baik kekuasaan maupu pelayanan. Pada waktu
Pada waktu dulu kujang itu memiliki beberapa fungsi. Di antaranya kujang sebagai pusaka kujang sebagai alat perang, kujang untuk upacara, bertani. Di samping itu dalam perkembangan sejarah bukan sekedar fungsi tetapi lebih menjadi simbol bagaimana semangat perjuangan, tak mengenal lelah.
"Semangat masyarakat Sunda yakni semangat kujang tidak boleh ada warga Jawa Barat yang mudah menyerah dan mudah tertinggal perkembangan zaman, "cetus Fahmi. Harapannya orang sunda harus memimpin, bukan mengekor, semangat ini yang ingin di wujudkan dalam kujang day.
Acara kujang day ini ungkap Fahmi bisa menjadi kegiatan nasional dengan berbagai dukungan semua pihak. Hal ini sebagai upaya untuk melestarikan seni budaya sunda dari perkembangan zaman.
"Kami mengucapkan terimakasih atas adanya kegiatan ini," imbuh Fahmi. Ke depan, tidak hanya di lingkungan pondok pesantren Alfath, akan tetapi lebih besar menjadi budaya lebih besar dan menjadi sejarah di Kota Sukabumi.