REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alarm tanda bahaya pemanasan global kian nyaring berbunyi beberapa tahun terakhir ini. Suhu bumi yang kian memanas disertai dengan fenomena mencairnya gletser di berbagai belahan bumi seolah bersenandung mengingatkan manusia. Di sisi lain, polusi akibat asap kendaraan, pembakaran energi di pabrik dan pembangkit listrik, hingga kebakaran hutan menambah kotor udara.
Manusia sebenarnya memiliki tugas penting sebagai penjaga lingkungan. Pakar taf sir dan ilmu qiraat Alquran KH Ah sin Sakho menyebutkan, sebagai seorang khalifah di muka bumi, manusia seharusnya bisa melindungi bumi beserta isinya. "Saat Allah menciptakan alam semesta, kondisinya sudah siap dihuni oleh manusia dan dalam keadaan yang se baikbaik nya. Maka sudah menjadi tugas manusia untuk menjaganya dengan baik," ujar Kiai Ahsin Sakho saat dihubungi Republika, belum lama ini.
Para malaikat sebenarnya sudah mengkhawatirkan kerusakaan yang akan terjadi akibat ulah manusia sebagai mana tertera pada QS al-Baqarah ayat 30. Mereka khawatir karena manusia memang memiliki sifat hewan di mana ingin merajai, kecenderungan takabur, dan cerdik. Malaikat sejak awal sudah membayangkan manusia memiliki potensi merusak, baik secara fisik maupun non-fisik.
Kiai Ahsin Sakho menyebut kerusakan nonfisik juga akan berujung pada kerusakan hal-hal fisik. Contohnya, jika memiliki sifat tidak jujur dan tamak, ia akan berlanjut merusak lingkungan untuk meme nuhi keinginan diri sendiri dengan membabat hutan hingga menambang secara ilegal.
Dalam QS al-A'raf ayat 56 di sebutkan, "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan." "Allah menyediakan sungai, tapi sungai dibuat membuang sampah dan hajat. Air yang awalnya berharga jadi tidak berharga lagi," lanjut dia.