REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) yang terlibat dalam kesepakatan dengan Taiwan. Mereka akan menjatuhkan sanski kepada perusahaan AS yang menjual tank, rudal, dan peralatan terkait lainnya senilai 2,2 miliar dolar AS ke Taiwan.
Menurut Cina, hal itu merusak kedaulatan Cina dan keamanan nasional sehingga Cina menuntut kesepakatan itu dicabut. Namun, Washington menilai penjualan tersebut tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di kawasan itu.
Pernyataan sanksi Cina datang ketika Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, melakukan kunjungan kerjanya di New York mengunjungi empat sekutu Karibia. Kunjungan Tsai pun membuat marah Cina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, Jumat (12/7) mengatakan penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional. Geng menyebut penjualan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap prinsip "satu-Cina", di mana AS secara resmi mengakui Beijing, bukan Taipei.
''Untuk melindungi kepentingan nasional kita, Cina akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan AS yang terlibat dalam penjualan senjata yang disebutkan di atas ke Taiwan,'' kata Geng.
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri AS dan perusahaan AS yang terlibat dalam kesepakatan senjata dengan Taiwan, hingga kini belum berkomentar. Jika ada, dampak tindakan Cina, karena kontraktor pertahanan AS dilarang berurusan dengan Cina sejak pembantaian Lapangan Tiananmen 1989. Sementara hubungannya dengan Taiwan secara teknis tidak resmi, AS diharuskan oleh hukum untuk membantu Taiwan dalam pembelaannya serta menjadi pemasok utama senjata.