REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Ekeskutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi berpandangan Partai Golkar harus mengevaluasi secara menyeluruh terkait pencapaian yang diraih oleh Golkar di Pemilu 2019 melalui musyawarah nasional (munas) mendatang. Berdasarkan Pemilu 2019 lalu, Burhanudin menyebut ada sejumlah temuan yang ia peroleh.
"Di Indonesia bagian timur suara Partai Golkar menurun," kata Burhanudin dalam diskusi bertajuk 'Golkar di Periode Kedua Jokowi' di Jakarta, (13/7).
Burhanudin menambahkan di segmen pemilih tua, suara Partai Golkar cenderung menurun. Akan tetapi penurunan tersebut bisa dikompensasi oleh hijrahnya pemilih baru, terutama berasal dari kalangan muda.
"Jadi profil pemilih Golkar sekarang itu paling muda dibanding profil pemilih Golkar pada pemilu-pemilu sebelumnya," ujarnya.
Namun, lanjut Burhanudin, segmen pemilih tua justru cenderung pindah ke Partai Nasdem yang merupakan 'anak kandung' Partai Golkar. Apalagi sejumlah tokoh-tokoh yang cukup berpengaruh seperti Syahrul Yasin Limpo juga ikut merapat ke partai yang bermarkas di Gondangdia tersebut.
"Jadi Partai Golkar punya basis massa, tapi jangan lupa tokoh-tokoh mereka di bawah itu selama ini relatif kuat. Kalau kemudian tidak bisa diakomodasi pindah ke partai lain, jadi kabar buruk buat Partai Golkar," tuturnya.
Karena itu pemilih muda sangat penting bagi Partai Golkar ke depan. Baru setelah itu berbicara mengenai apa saja yang ditawarkan kepada pemilih muda tersebut.
"Terlepas siapapun ketua umumnya, munas ke depan jangan sampai menimbulkan luka kepada siapapun yang kalah," ucapnya.