REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Marsudi Syuhud menanggapi pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto pada Sabtu (13/7) kemarin. Menurut dia, masyarakat di tingkat akar rumput sudah lebih dulu rukun ketimbang para elite politik setelah pengumuman KPU soal kemenangan Jokowi.
"Masyarakat sesungguhnya kalau di kampung-kampung itu sudah lebih dulu 'cair' daripada elite. Kenapa? Karena sebagian masyarakat itu mempunyai software sosial yang sangat tinggi yang mempertemuakan satu sama lain di antara mereka. Yaitu software kumpal-kumpul walaupun mereka beda-beda pilihannya," kata dia kepada Republika.co.id, Ahad (14/7).
Marsudi memaparkan, dalam bertetangga ada kultur berkumpul di kalangan masyarakat perkampungan. Misalnya ada zikiran, ada yasinan, tahlilan, mantenan atau berkumpul bersama. Jadi, kata Marsudi, mereka sesungguhnya berbeda dalam pilihan, tapi cair bercerita.
"Wah sampean menang, saya kalah, tapi saya menang dalam hal jago presiden saya, tapi saya kalah jagoan saya di legislatif. Itu cair cerita kayak gitu. Maka masyarakat cair, di atas pun cair, insya Allah itu bisa berjalan dengan baik," katanya.
Meski begitu, Marsudi Syuhud mengapresiasi pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Menurut dia, Prabowo menunjukkan komitmennya bahwa kepentingan bangsa berada di atas segalanya.
"Itu sangat baik karena saya mengapresiasi Pak Prabowo yang benar-benar mempunyai (sikap kebangsaan), guru bangsa-lah menurut saya. (Sikap) kebangsaannya sangat tinggi," kata dia.
Marsudi menjelaskan, segala sesuatu itu ada ukurannya, termasuk soal pemilihan presiden. Karena itu, ia mengatakan, ketika Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyatakan memenangkan salah satu capres, yakni Jokowi sebagai capres pejawat, maka sudah semestinya semua pihak menerima.