Ahad 14 Jul 2019 17:16 WIB

Musim Kemarau, Air dari Jatiluhur Dinilai Terlalu Boros

Debit air yang keluar dari Waduk Jatiluhur dinilai terlalu banyak di tengah kemarau

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Hasanul Rizqa
Waduk Jatiluhur
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Waduk Jatiluhur

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pihak Perum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur menilai, selama musim kemarau hingga Juli tahun ini debit air yang keluar dari Waduk Jatiluhur terlalu boros. Akibatnya, penyusutan air di waduk tersebut saat ini terjadi lebih cepat. Meski demikian, perusahaan BUMN tersebut menjamin pasokan air cukup aman hingga akhir tahun 2019.

Direktur Operasi dan Pengembangan PJT II Jatiluhur Antonius Aris Sudjatmiko, mengatakan, borosnya air yang keluar ini disebabkan berubahnya pola tanam petani. Hal itu pada akhirnya memengaruhi perubahan golongan air. Berdasarkan rencana tata tanam gubernur (RTTG), ada lima golongan air yang persawahannya dialiri Waduk Jatiluhur.

Baca Juga

"Namun, pada faktanya golongan air ini berubah dan jadi tambah banyak," ujar Aris, kepada Republika.co.id, Ahad (14/7).

Sebagai contoh, Kabupaten Karawang. Dari lima golongan air yang masuk dalam RTTG, pada kenyatannya ada sampai sembilan golongan air. Begitu pula di Kabupaten Subang. Seharusnya ada lima golongan, tetapi fakta di lapangan terjadi sampai 12 golongan air.

Akibat banyaknya golongan ini, maka air yang digelontorkan menjadi tidak cukup. Permintaan di lapangan semakin tinggi. Jika tak dipenuhi, maka bisa menimbulkan konflik di antara warga yang berebut air.

Karena itu, lanjut Aris, penyusutan volume Waduk Jatiluhur ini lebih cepat dari yang direncanakan. Pada hari ini saja, tinggi muka air (TMA) Waduk Jatiluhur berada pada level 100,2 mdpl atau di bawah rencana normal. Sementara itu, air yang digelontorkan ke hilir melalui dua pintu (hallow jet) mencapai 177 meter kubik per detik. Debit air itu dibagi untuk tiga saluran irigasi.

Pertama, Tarum Barat. Air yang digelontorkan ke sana mencapai 50 meter kubik per detik. Padahal, debit normalnya hanya 40 meter kubik per detik.

Kedua, Tarum Timur. Debit air dari Waduk Jatiluhur ke sana ialah 57 meter kubik per detik. Seharusnya, debitnya sebesar 47 meter kubik per detik. Ketiga, Tarum Utara. Debit air yang digelontorkan ke sana mencapai 70 meter kubik per detik, padahal seharusnya 60 meter kubik saja.

"Jadi, pemborosannya masing-masing saluran mencapai 10 meter kubik per detik. Makanya, penyusutan air di Waduk Jatiluhur sangat cepat," ujarnya.

Sementara itu, General Manager Wilayah 3 PJT II Jatiluhur, Mario Mora Daulay, mengatakan, pada musim kemarau ini diberlakukan kebijakan gilir giring air. Jadi, air yanh digelontorkan ini harus digilir sesuai dengan RTTG. Kemudian, harus digiring supaya sampai pada wilayah yang jadi sasaran penanaman.

"Jika tidak diberlakukan giliring giring, maka bisa menimbulkan konflik antar petani. Saat ini saja, pemenuhan air tak bisa sesuai dengan harapan petani," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement