REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persaudaraan Alumni (PA) 212 menyayangkan pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. PA 212 menilai pertemuan itu tidak dirembukan secara bersama.
"Pertemuan itu dilakukan dengan tidak pernah mengkomunikasikan bersama kami dari elemen-eleman alumni 212," kata juru bicara PA 212, Novel Bamukmin, saat dihubungi, Ahad (14/7).
Novel menuding terdapat dalang yang menginisiasi pertemuan itu tanpa sepengetahuan elemen pendukung Prabowo. Dia menyebut Prabowo lebih percaya pada dalang itu.
Padahal, lanjut Novel, rencana pertemuan antara Jokowi dan Prabowo sudah diketahui dan ditolak lebih awal. Bahkan, Novel menjelaskan, sehari sebelum pertemuan emak-emak militan telah melakukan demo di kediaman Prabowo. "Justru kami duga prabowo lebih percaya kepada penghianat yang ada di sekilingnya," ungkapnya.
Prabowo Subianto (Kiri) dan Presiden RI, Joko Widodo (Kanan)
Saat ditanya terkait dalang yang mengindikasikan pertemuan itu, Novel tidak menyebut nama. Namun, dia mengatakan, dalang itu berasal dari unsur partai.
Kedepannya, elemen yang menolak pertemuan Jokowi-Prabowo misalnya, Persaudaraan Alumni atau PA 212, Gerakan Nasional Pengawas Fatwa Ulama, Front Pembela Islam, dan Forum Umat Islam akan mengambil sikap. Pihaknya akan segera mengadakan Ijtima Ulama ke-IV segera.
"Nah untuk itu semua akan diputuskan dalam hasil Ijtima Ulama ke-IV Insyaallah awal Agustus," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan terdapat sejumlah tokoh yang menginisiasi pertemuan Jokowi dan Prabowo. Tokoh tersebut di antaranya, yakni Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan (BG), Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Edhy Prabowo.
"Ada pak Pramono ada pak BG, pak Edhy Prabowo. Itu orang baik semua mereka memang bersahabat ya," jelas Budi Karya di FX Sudirman Jakarta, Sabtu (13/7).