Senin 15 Jul 2019 07:23 WIB

Politikus PAN: Oposisi Itu agar Tidak Ada Pengadilan Kanguru

Semua negara yang demokratis itu memerlukan checks and balances.

Presiden Joko Widodo berserta isteri memberikan salam kepada para pendukung dan relawan dalam acara Visi Indonesia di Sentul International Convetion Center, Bogor, Jabar, Ahad (14/7).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden Joko Widodo berserta isteri memberikan salam kepada para pendukung dan relawan dalam acara Visi Indonesia di Sentul International Convetion Center, Bogor, Jabar, Ahad (14/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Dewan Kehormatan (Wanhor) PAN Dradjad Wibowo menyambut baik pernyataan Presiden Jokowi, tentang oposisi. Perlu oposisi agar pengadilan Indonesia tidak menjadi 'pengadilan kanguru’.

"Saya sepakat dengan beliau, menjadi oposisi itu terhormat. Meski demikian, saya mempunyai alasan yang berbeda. Alasan saya tidak terkait dengan dukung mendukung dalam pilpres,” kata Dradjad dalam pesat whatsapp kepada republika.co.id, Senin (15/7).

Alasan utamanya, kata Dradjad, semua negara yang demokratis itu memerlukan checks and balances. Dikatakannya, ada beberapa negara di dunia ini yang seolah-olah demokratis. Mereka menyelenggarakan pemilu. Ada parlemen. Tapi checks and balances nya tidak berjalan. Pembagian kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif tidak terpenuhi dengan baik. Bahkan tidak jarang, penegakan hukumnya menjadi kangaroo court (pengadilan kanguru).

"Sebuah pengadilan yang semena-mena. Silakan google jika ingin tahu pengertian kangaroo court. Saya tidak usah menyebutkan negara mana saja yang seolah-olah demokratis itu,” paparnya..

Agar checks and balances berjalan baik, diperlukan oposisi yang berkualitas. "Oposisi yang bisa menyampaikan koreksi dengan substansi dan data yang kuat. Oposisi yang bisa menawarkan opsi kebijakan yang bermanfaat bagi rakyat,” kata politikus yang dikenal sebagai orang kepercayaan Amien Rais tersebut.

Yang perlu diingat, kata Dradjad, beroposisi itu bukan berarti bermusuhan. Silaturahim tetap harus dibina. Tapi pihak pemerintah dan oposisi saling menghormati pilihan politik masing-masing. Justru, pemerintah dan oposisi saling berlomba berbuat kebaikan bagi rakyat.

Jika itu bisa diwujudkan, menurutnya, demokrasi Indonesia akan semakin kuat dan sehat. Harapannya, kesejahteraan rakyat juga akan semakin meningkat. "Itu sebabnya saya selalu menekankan agar PAN konsisten beroposisi,” ungkapnya.

Dengan alasan itu, lanjutnya, soal apakah pintu koalisi terbuka atau tertutup, itu topik yang tidak penting dan tidak relevan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement