Senin 15 Jul 2019 08:45 WIB

Warga AS Berusaha Selamatkan Imigran di Lingkungannya.

AS memulai operasi deportasi besar-besaran pekan ini.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (tengah) menandatangani paket bantuan 4,6 miliar dolar AS untuk menangani imigran dari Amerika Tengah di perbatasan AS-Meksiko, Senin (1/7). Tampak Wakil Presiden AS Mike Pence (kiri) dan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar.
Foto: AP Photo/Carolyn Kaster
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (tengah) menandatangani paket bantuan 4,6 miliar dolar AS untuk menangani imigran dari Amerika Tengah di perbatasan AS-Meksiko, Senin (1/7). Tampak Wakil Presiden AS Mike Pence (kiri) dan Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Alex Azar.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memulai gelombang deportasi besar-besaran pekan ini. Operasi itu mengincar keluarga imigran yang berada di kota-kota besar seluruh AS.

Penangkapan imigran dimulai pada Ahad (14/7), tapi pada Sabtu (13/7) lalu Wali Kota New York Bill de Blasio mengatakan Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) sudah mengambil tindakan di kotanya. Tapi banyak warga AS yang melakukan perlawanan terhadap kebijakan Trump ini.

Baca Juga

Belasan gereja di Los Angeles mendeklarasikan diri mereka sebagai tempat perlindungan bagi keluarga imigran. Direktur Organisasi Clergy and Laity United for Economic Justice Guillermo Torres, Senin (15/7), mengatakan semakin banyak gereja yang bergabung dalam upaya menyelamatkan imigran ini dibanding sebelumnya.

Torres mengatakan belum ada laporan ada imigran yang ditangkap. Pastor Fred Morris mengatakan ancaman Trump telah menyebar ketakutan di masyarakat.