Senin 15 Jul 2019 15:47 WIB

Pengembangan SDM Jadi Strategi Menuju Ketahanan Pangan

Program Amran Sulaiman soal mekanisasi mendorong anak muda terjun dalam pertanian.

Red: EH Ismail
Kepala Humas Kementan Kuntoro Boga sedang memotivasi anak muda menjadi petani dalam acara Agri Vaganza 2019
Foto: Humas Kementan
Kepala Humas Kementan Kuntoro Boga sedang memotivasi anak muda menjadi petani dalam acara Agri Vaganza 2019

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengembangkan aspek sumber daya manusia untuk mencapai ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Aspek ini sangat strategis dalam menghadapi revolusi industri 4.0.

"Setelah pembangunan inftrastruktur, tekad pemerintah adalah menjadikan pembangunan sumber daya manusia sebagai prioritas utama," ujar Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri, dalam keterangan tertulis pada Senin (15/7).

Untuk itu, kata Kuntoro, pemerintah terus menyelenggarakan berbagai kegiatan bimbingan teknis. Serta mendistribusikan bantuan alat dan mesin pertanian untuk membantu meningkatkan produktivitas petani.

"Pola ini mempermudah generasi muda supaya bisa mengendalikan mesin tanpa harus berkubang dengan lumpur. Disisi lain, upaya ini secara perlahan telah membuka mata banyak orang terhadap profesi petani," katanya.

Sementara itu, ditempat terpisah Erizal Jamal, Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian, menjelaskan ke depan pihaknya juga berharap akan membangun standardisasi profesi petani supaya sejajar dengan profesi lain. Patokan standardisasi ini utamanya berkaitan dengan produktivitas dan pendapatan yang diterima. Di samping itu, profesi ini juga akan menjadi acuan utama dalam membuat program dan kegiatan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan.

photo
Alat dan mesin pertanian

"Upaya ini telah mempunyai landasan hukum dengan adanya Undang-Undang Nomor  19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Program ini yang nantinya membangkitkan potensi petani bersama lahannya," katanya.

Sedangkan dalam tataran praktis, upaya ini dilakukan dalam bentuk pengembangan korporasi petani yang dilaksanakan bersama Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18/Permentan/RC.040/4/2018 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani.

"Beberapa waktu lalu citra petani masih digambarkan suram, yaitu kelompok produktivitas rendah, bekerja di tempat yang kotor serta sangat lekat dengan kemiskinan. Tapi melalui mekanisasi dan standarisasi semuanya berubah menjadi lebih keren," katanya.

Implementasi mekanisasi ini salah satunya adalah lahirnya program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI) yang telah menggunakan koorporasi agar dapat memaksimalkan potensi yang ada.

"Seperti kata Pak Menteri, bahwa pekerjaan sebagai petani adalah profesi mulia yang bisa membawa pelakunya hidup sejahtera. Fakta menunjukan bahwa sebagian besar orang terkaya di Indonesia basis usahanya adalah pertanian," katanya.

Terkait hal ini, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Prof Luthfi Fatah mendukung upaya pemerintah dalam mentransfomasi pertanian tradisional menjadi pertanian modern. Langkah tersebut sangat tepat untuk mempengaruhi minat anak muda agar terjun langsung ke sektor pertanian.

Bonus demografi adalah peluang jika dibarengi dengan pengelolaan SDM. Dalam hal ini, program pak Menteri (Amran Sulaiman) soal mekanisasi sangat bagus dan membuka mata anak muda.

Meski demikian, Luthfi menambahkan bahwa mekanisasi yang ada harus diikuti dengan inovasi baru untuk membangkitkan jiwa usaha. "Sebab kalau dari riset yang kami kembangkan jiwa usaha anak muda sekarang sngat kurang. Makanya harus di imprup supaya mereka bangkit," tukasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement