REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai ikhtiar dilakukan umat untuk turut menjaga lingkungan dan mengurangi kerusakan dalam jangka panjang. Salah satu yang dilakukan adalah menggagas adanya ecomasjid yang menjadi program Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Masjid Istiqlal, Jakarta, menjadi salah satu masjid berpredikat ecomasjid. Akhir Juni lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama Istiqlal membangun instalasi pengolahan air limbah (IPAL) domestik, pembangunan dan pengope rasian sistem pemantauan kualitas air secara terus-menerus dan online (Onlimo), serta recycle air limbah wudhu.
Ke depan, pengelolaan air limbah di lingkungan Masjid Istiqlal diharapkan dapat membawa manfaat lingkungan berupa penurunan beban pencemaran air. Istiqlal pun diharapkan dapat ber kontribusi dalam perbaikan kualitas air serta peningkatan lahan terbuka hijau.
Kepala Bagian Humas dan Protokol Masjid Istiqlal Abu Hurairah Abdul Salam menyebut program ini bermula dari pengelolaan air limbah kotor selain sisa air wudhu. Air limbah kotor ini akan dikelola dan dibersihkan yang kemudian digunakan untuk menyiram tanaman. Untuk sementara, hasil pengolahan masih belum bisa untuk bersih-bersih.
"Ke depannya akan berlanjut kerja sama mengelola air sisa wudhu. Jadi, nanti airnya disaring dan jadi air bersih lagi yang bisa digunakan untuk wudhu. Kalau Onlimo itu pemantauan kualitas air secara digital, ada orang KLHK yang selalu mengontrol di sini," ujar Abdul Salam.
Program ini bertujuan agar Istiqlal menjadi masjid yang ramah lingkungan. Istiqlal pun bisa menjadi contoh bagi masjid-masjid lainnya dalam hal pengelolaan limbah sehingga membawa man faat bagi umat.
Konsep ecomasjid selanjutnya, menurut dia, akan terus dilakukan sembari menunggu renovasi yang sedang di la ku kan berakhir. Masjid Istiqlal dicita-citakan menjadi masjid yang ramah lingkungan dan tidak ketinggalan dalam hal teknolo gi nya."Untuk pertama, kita fokus pada air. Untuk kerja sama dengan KLHK, itu 100 persen menggunakan anggaran mereka," ujar Abdul Salam.