Senin 15 Jul 2019 17:59 WIB

Langkah Pemerintah Jamin Kesehatan Ibu-Bayi Dinilai Tepat

SDM unggul hanya bisa dicetak bila kesehatan ibu dan bayi telah terjamin

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Budi Wiweko
Foto: dok
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Budi Wiweko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Budi Wiweko mendukung mendukung penuh rencana Presiden terpilih Joko Widodo yang akan memperkuat kebijakan pembangunan sumber daya manusia (SDM) sebagai modal Indonesia menjadi negara maju pasa masa depan. Jokowi juga mengatakan saat berpidato di Sentul, Ahad (14/7) titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. 

Budi menilai, untuk mencetak manusia Indonesia unggul pada masa akan datang, maka masalah stunting, kematian ibu, dan kematian bayi yang meningkat harus ditangani. "Para pengambil kebijakan dan profesional tenaga kesehatan negeri ini perlu sensitif, untuk mampu mengadopsi dan beradaptasi dengan cepat sehingga bisa menghasilkan inovasi disrupsi dalam memecahkan berbagai permasalahan besar di atas," kata dia berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (15/7).

Baca Juga

Apalagi saat ini ada pencapaian positif di bidang kesehatan, yaitu meningkatnya angka harapan hidup serta berkah keberhasilan program keluarga berencana yang membawa Indonesia pada bonus demografi di tahun 2030. Meski begitu, kata dia, sekitar 15 persen populasi Indonesia atau sekitar 45 juta penduduk pada 2030 merupakan kelompok usia lanjut, yang memerlukan antisipasi yang baik dalam pengelolaannya.

Walau begitu masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan buruknya indikator berbagai penyakit degeneratif, seperti obesitas, hipertensi, penyakit ginjal kronik dan kencing manis. Tidak kurang dari 21,8 persen proporsi penduduk Indonesia mengalami obesitas, prevalensi kencing manis mencapai dua persen, serta jumlah penderita penyakit ginjal kronik yang mencapai 3,8 persem pada populasi di atas usia 15 tahun. 

"Angka itu tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan prevalensi di negara tetangga atau pun negara maju di dunia. "Tidak hanya itu, dampak kebiasaan merokok yang semakin meningkat juga memiliki kontribusi negatif pada masyarakat. Ibu-ibu hamil mengalami anemia, yang menjadi variabel penting penyebab kematian ibu," kata dia.

Ia melanjutkan, penyakit infeksi tuberkulosis dan demam berdarah masih menjadi momok menakutkan dengan tingkat kasus yang cukup tinggi. Indonesia, kata Budi, merupakan negara peringkat kedua untuk prevalensi tuberkulosis tertinggi di dunia, setelah India.

Budi yang merupakan guru besar FKUI termuda dengam gelar profesor diraih pada usia 46 tahun 10 bulan memiliki visi dan misi futuristik. Visinya membangun UI menjadi peringkat 100 terbaik dunia pada 2024 melalui entrepreneurial university, dan misinya mencetak lulusan UI yang aktif dalam membangun ketahanan, kemandirian, dan daya saing bangsa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement