REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- PT Pelindo III mengalami kerugian hingga Rp 60 miliar akibat insiden tersenggolnya salah satu Container Crane di Dermaga Internasional Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS), Ahad (14/7) petang.
Kerugian tersebut meliputi kerusakan crane yang roboh, kerusakan 14 kontainer yang sedang mengantri bongkar muat, serta serta tiga truk penarik kontainer. “Selain itu juga terganggunya aktivitas bongkar muat peti kemas,” Kata Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo III, Doso Agung, dalam konferensi pers di Semarang, Senin (15/7).
Menurutnya, robohnya container crane akibat tersenggol kapal kargo MVSoul of Luck di TPKS telah mengakibatkan operasional bongkar muat terhenti sekitar tiga jam. Setelah sempat terhenti akibat insiden ini pada pukul 17.00 WIB, aktivitas layanan bongkar muat TPKS baru bisa dilakukan kembali pukul 20.39 WIB.
Sebuah container crane roboh akibat terbentur kapal peti kemas MV Soul of Luck berbendera Panama di Terminal Peti Kemas (TPK) Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Senin (15/7/2019).
Kendati begitu, Doso Agung juga mengakui, nilai kerugian di luar kerusakan aset PT Pelindo dan kerugian akibat terhentinya operasional bongkar muat di TPKS tersebut masih dimungkinkan bertambah.
Karena pemilik kapal yang juga sempat tertabrak MV Soul of Luck --saat insiden terjadi-- juga belum mengajukan klaim ganti rugi. “Seluruh kerugian tersebut akan ditanggung oleh asuransi, termasuk komoditas di dalam kontainer yang ikut mengalami kerusakan,” tandasnya.
Sementara itu, berdasarkan investigasi terungkap, penyebab insiden di Dermaga Internasional TPKS ini adalah problem mekanikal kapal. Setidaknya ini disampaikan oleh Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Emas Semarang, Ahmad Wahid.
Ia menyampaikan, berdasarkan klarifikasi kepada nahkoda MV Soul of Luck, kepala kamar mesin serta pandu maupun awak kapal tunda, termasuk data- data yang dikumpulkan dari dokumen kapal memang ditemukan ketidaknormalan.
Ketidaknormalan yang dimaksud pada saat pilot meminta kapal berhenti dan mundur, itu mesin tidak merespon, jadi mesin masih tetap jalan terus. “Kita klarifikasi ke nahkoda, ternyata yang bersangkutan juga mengatakan begitu,” jelasnya.
Hal ini, lanjut Wahid, disebabkan adanya gangguan sistem pneumatik dari mesin penggerak kapal tersebut yang menyebabkan kapal gagal berhenti. Hal ini masih diperkuat dengan klarifikasi apakah sebelum masuk pelabuhan Tanjung Emas hal itu sudah diidentifikasi.
“Menurut mereka, sesuai dengan SOP sudah dilakukan verifikasi mesin dan semuanya normal. Tiba-tiba setelah mendekat ke dermaga sistem pneumatik tersebut tidak berfungsi dan terjadi insiden yang mengakibatkan Container Crane ambruk,” jelasnya.