REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Badan Narkotika Nasional (BNN) Jabar, mengangkat tema "Milenial Sehat Tanpa Narkoba Menuju Indonesia Emas" dalam memperingati Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) yang digelar di Halaman Gedung Sate, Senin (15/7). Menurut Kepala BNN Jabar, Sufyan Syarif, BNN mengangkat tema tersebut karena jumlah penduduk di Indonesia paling banyak saat ini adalah milenial. Namun, di satu sisi jumlah pengguna narkoba di kalangan milenial ini semakin memperihatinkan.
Sufyan Syarif mengatakan, jumlah pengguna narkoba di Jabar saat ini ada 800 ribu. Angka tersebut, bahkan berkembang terus. Pecandu narkoba di Jabar, rata-rata berusia milenial yakni usia dari 15 sampai 25 tahun.
"Tahun ini, kami merehab 1.800 pencandu yang mayoritas milenial. Ini perlu disembuhkan kalau tidak nanti menular," ujar Sufyan Syarif.
Syarif menilai, dengan kondisi yang semakin memperihatinkan tersebut, BNN Jabar pun memfokuskan tema HANI pada milenial. Agar, semua milenial bisa terjaga dari pengaruh sindikat dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini, sesuai cita-cita Jabar Juara, Jabar bersih dari narkoba.
"Kami tadi melakukan pemusnahan hasil tangkapan narkoba senilai lebih dari Rp 2 miliar. Yakni, ada 200 Kg ganja, 2 Kg sabu-sabu," katanya.
Dalam upaya pencegahan narkoba, menurut Sufyan Syarif, BNN Jabar tak hanya fokus pencegahan di kota besar saja. Namun, upaya pencegahan sekarang mulai fokus ke desa. Karena, peredaran narkoba banyak juga yang merambah ke desa-desa dengan sasaran milenial.
"Kan milenial juga banyak yang tinggal di desa. Makanya kami fokus ke desa untuk upaya pencegahan," katanya.
Sufyan Syarif menjelaskan, desa yang rawan narkoba tersebut banyaknya di daerah industri yang hampir seluruh desa di Jabar adalah daerah industri. Yakni, baik pabrik, wisata dan perdagangan.
"Tapi dari hasil pemetaan desa yang rawan narkoba itu ada di Bogor, Sukabumi, Cianjur, Karawang, Cirebon dan Bandung sudah pasti," katanya.
Sementara menurut Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, ia mengimbau pada masyarakat Jabar untuk bersama-sama memberantas narkoba. Jadi, jangan hanya menitikberatkan ke pemeritnah dan aparat.
"Kami ini terbatas, apalagi pergerakan narkoba, tertutup, tidak bisa dilihat kasat mata, peran masyarakat yang penting untuk segera melaporkan ke aparat," katanya.
Uu menegaskan, semua orang tua harus menjaga anaknya jangan sampai anak mereka diberi kebebasan lebih dalam aktivitas sehari-hari tanpa ada kontrol dari orang tua. Ia pun berharap, apa yang menjadi cita-cita negara Indonesia jadi negara hebat ketiga di dunia pada 2045 dengan bonus demografi akan jadi kenyataan.
"Syaratnya disamping kedamaian, ketenangan, juga mempersiapkan anak muda generasinya bebas narkoba," katanya.
Namun, kata dia, dalam memberantas narkoba ada kendalanya yakni ketertutupan mereka serta kurang adanya informasi dari masyarakat tentang pergerakan narkoba ini. Padahal, kalau semua masyarakat bisa berpartisipasi dalam memerangi narkoba, Jabar akan kosong dari narkoba.
"Ada kemungkinan masyarakat, kaum milenil apriori terhadap narkoba. Kalau ada yang melapor, akan diselesaikan," katanya.
Uu mengatakan, secara pribadi ia pun memiliki cara untuk mencegah anaknya menggunakan narkoba. Yakni, dengan pendidikan keimanan dan ketakwaan. Karena kalau hanya dengan sanksi-sanksi tanpa diberi pendidikan ilmu agama, terkadang milienial akan berpaling saat orang tuanya tidak ada.
"Tapi kalau pendidikan agama dan keimanannya kuat, insya Allah akan menjaga mereka dari hal-hal yang tidak diinginkan," katanya.