REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan ia berharap Korea Utara dan AS dapat 'sedikit lebih kreatif' dalam perundingan denuklirisasi Semenanjung Korea berikutnya. Pompeo tidak mengatakan kapan proses negosiasi akan kembali dimulai.
Pada bulan lalu, Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Dalam pertemuan itu, Trump menjadi presiden AS pertama yang menginjakan kaki di perbatasan antardua negara Korea.
Dalam pertemuan itu, Trump dan Kim sepakat memulai kembali perundingan yang sempat terhenti. Keduanya sudah tiga kali bertemu dan menggelar dua pertemuan untuk membahas denuklirisasi Semenanjung Korea.
"Saya berharap Korea Utara datang ke meja perundingan dengan ide yang tidak mereka miliki di pertemuan pertama, kami berharap kami juga bisa sedikit lebih kreatif," kata Pompoe, Selasa (16/7).
Pertemuan kedua antara Trump dan Kim digelar di Hanoi, Vietnam pada Februari lalu tidak menghasilkan apa-apa. AS bersikeras Korut harus lebih dulu membersihkan seluruh fasilitas nuklir mereka. Sementara, Korut ingin AS segera mencabut sanksi.
"Misi presiden tidak berubah, untuk sepenuhnya dan memfinalisasi denuklirisasi Semenanjung Korea dengan cara yang bisa kami verifikasi, itulah yang ditetapkan dalam negosiasi ini," kata Pompeo.
Pompeo mengatakan hal itu setelah Presiden Cina Xi Jinping mendesak Trump menunjukkan fleksibilitas dalam berhadapan dengan Pyongyang. Xi juga meminta AS melonggarkan sanksi Korut 'pada waktunya'.
Cina menandatangani sanksi PBB untuk Korut setelah negara itu berkali-kali melakukan uji coba nuklir dan misil. Tapi, mereka mengatakan sanksi itu bisa dikurangi sebagai imbalan perilaku baik.