REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 mengguncang Bali pada pada Selasa (16/7) pukul 07.13 WIB. Sumber gempa berada pada berada pada 83 km Baratdaya, Nusa Dua, Bali, dengan kedalaman 68 km.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Kementerian ESDM, Agung Pribadi, mengatakan, berdasarkan informasi yang diperoleh BMKG dan analisis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, pusat gempa bumi berada di laut sebelah Baratdaya Pulau Bali. Daerah terdekat dengan pusat gempa bumi tersusun oleh batuan karbonat berumur tersier dan batuan gunungapi berumur kuarter.
"Pada batuan yang telah mengalami pelapukan, belum kompak dan bersifat lepas akan memperkuat efek guncangan gempa sehingga akan lebih terasa," ujar Agung di Jakarta, Selasa (16/7).
Berdasarkan posisi dan kedalaman pusat gempa bumi, Agung mengatakan, diperkirakan gempa bumi ini berasosiasi dengan zona Subduksi antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia. Agung menyebutkan, berdasarkan informasi dari BMKG, gempa bumi ini dirasakan sebesar V MMI di Badung dan Nusa Dua Bali, IV MMI di Denpasar, Mataram, Lombok Tengah, Lombok Barat, III MMI di Karangkates, Sumbawa, Lombok Timur, Lombok Utara, II MMI di Jember dan Lumajang.
Selain itu menurut info dari pos-pos pemantauan gunungapi terdekat, gempa bumi ini dirasakan sebesar III MMI di Pos Pengamatan Gunung Batur dan Gunung Agung di Bali serta Gunung Raung di Banyuwangi. Gempa bumi ini juga dirasakan sebesar II MMI di Pos Pengamatan Gunung Rinjani, Lombok.
"Hingga tanggapan ini dibuat, belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan yang diakibatkan gempa bumi tersebut. Gempa bumi ini tidak menimbulkan tsunami karena tidak menimbulkan dislokasi dasar laut," kata Agung.
Agung mengimbau masyarakat tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari pemerintah daerah dan BPPD setempat, serta tidak terpancing isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami, serta masyarakat tetap waspada dengan kejadian gempa susulan.