REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perwakilan Amerika Serikat (AS) dan Rusia akan mengadakan pertemuan di Jenewa, Swiss, Rabu (17/7). Kegiatan itu diagendakan untuk membahas konsep perjanjian baru pembatasan senjata nuklir kedua negara.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Rusia akan dipimpin Wakil Menteri Negeri Sergei Ryabkov. Utusan AS dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri John Sullivan. Pembantu utama di Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Tim Morrison dilaporkan akan turut menghadiri perundingan.
Menurut para pejabat AS, perjanjian baru tersebut diharapkan dapat mencakup China. Namun, belum jelas apakah Beijing bersedia menghadiri perundingan di Jenewa.
“Pertemuan yang baik akan menjadi lebih jelas tentang di mana Rusia melihat hal-hal yang terjadi dengan China,” kata seorang pejabat AS.
Presiden AS Donald Trump telah mengatakan ingin melihat adanya perjanjian kontrol senjata baru mencakup semua jenis senjata nuklir. Dia berharap perjanjian itu tak hanya melibatkan AS dan Rusia, tapi juga China. Pada KTT G-20 di Osaka, Jepang, bulan lalu, Trump sempat membahas hal itu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Pada awal Juli lalu, Putin telah menandatangani undang-undang federal untuk meninggalkan kesepakatan senjata nuklir yang dijalin dengan AS, yakni Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Washington diketahui telah lebih dulu hengkang dari INF pada Januari.
INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Sejak 2014, AS kerap menuding Rusia melanggar ketentuan INF. Namun, hal itu pun selalu dibantah Rusia.
Keputusan AS dan Rusia menangguhkan keterikatannya dalam INF telah memicu kekhawatiran dari negara-negara Eropa. Sebab selama ini, INF telah dianggap sebagai fondasi keamanan di kawasan tersebut.