REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bank Indonesia (BI) Perwakilan DKI Jakarta menyebut ibu Kota memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sektor pariwisata dalam kegiatan bisnis seperti Meetings, Inventive, Convention, and Exibhition (MICE) menjadi potensi besar.
Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Hamid Ponco Wibowo, mengatakan dari sisi pengeluaran, perekonomian Jakarta didominasi permintaan (demand) domestik terutama konsumsi rumah tangga. Sedangkan, mesin pertumbuhan ekonomi yang bersifat produktif dan dapat menopang pertumbuhan ekonomi berkesinambungan merupakan investasi dan ekspor.
“Dari sisi ekspor, penopang utama ekspor Jakarta adalah ekspor jasa. Didalamnya didominasi oleh sektor pariwisata,” ujar Hamid dalam acara Media Gathering BI Perwakilan DKI di Yogyakarta, Senin (15/7) malam.
Ia mengatakan, kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) paling besar dengan tujuan berbisnis mencapai 53 persen. Sedangkan sisanya, 47 persen, wisman dengan tujuan wisata leisure atau mereka yang meluangkan waktu untuk berwisata hiburan.
"Sehingga, pengembangan MICE dapat menjadi pijakan awal untuk mendorong industri pariwisata Jakarta, untuk menarik wisman," kata Hamid.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang bisa mendorong potensi wisata MICE di Jakarta. Diantaranya Jakarta memiliki empat lokasi utama yang dapat menunjang wisata MICE seperti Jakarta Convention Center seluas 15.615 meter persegi dengan kapasitas 16.650 orang.
Kemudian ada Jakarta International Expo seluas 35.487 meter persegi kapasitas 67 ribu orang. Ada pula Grand Sahid Jaya seluas 5.380 meter kapasitas 6.580 orang dan Bidakara dengan luas 2.800 meter dan kapasitas hingga 4.440 orang.
Dengan demikian, penyelenggaraan MICE di Jakarta merupakan faktor potensial untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara ke Jakarta. Sehingga terdapat potensi besar pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bisa mendatangkan banyak wisatawan.
Terjadi peningkatan jumlah kegiatan MICE di Jakarta dari 652 kegiatan pada 2017, naik menjadi 892 kegiatan pada 2018. Potensi besar lain untuk meningkatkan MICE, Jakarta memiliki infrastuktur yang cukup memadai dan akses yang mudah.
Namun, peringkat MICE di Jakarta selama lima tahun terakhir menunjukkan tren penurunan. Pada 2013, peringkat MICE di Jakarta ada dalam posisi 94, 2014 menurun menjadi peringkat 130. Peringkatnya kembali turun ke peringkat 168 pada 2015, peringkat 178 pada 2016 dan jauh ke peringkat 216 pada 2017.
Menurut Hamid, Jakarta memiliki kendala untuk meningkatkan wisata MICE yakni kurangnya insentif atau penawaran daya tarik. Hal itu memang menjadi kendala besar bagi setiap pihak untuk mengembangkan sektor pariwisata secara keseluruhan.
“Kurangnya insentif atau daya tarik yang ditawarkan menjadikan peringkat Kota Jakarta rendah diantara kota-kota penyelenggara MICE lainnya,” lanjut Hamid.
Di samping itu, terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisman ke Jakarta dari 2,8 juta pada 2018 naik sebesar 5,79 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI 2017-2022, kunjungan wisatawan setiap tahunnya ditargetkan meningkat sebanyak 5 persen.
Menurut Kepala Tim Advisory dan Keuangan BI DKI Jalarta, M Cahyaningtyas, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI disebut telah memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan pariwisata. Hal itu tampak dari anggaran pariwisata yang meningkat dari Rp 400 miliar pada 2018 menjadi Rp 800 miliar di 2019.
RPJMD DKI juga sudah mendukung pengembangan pariwisata. Akan tetapi, pengembangan pariwisatanya cenderung ke leisure, tak memberikan perhatian lebih pada wisata MICE.
"Kami ingin dukungan itu lebih cenderung mengembangkan wisata MICE. Kenapa? Karena wisman MICE tingkat belanjanya lebih tinggi. Mereka lebih lama tinggalnya dan belanjanya bisa 5-10 kali belanja wisman leisure," kata Cahyaningtyas.