Rabu 17 Jul 2019 05:30 WIB

Ekonom: Sumber Pendapatan Belum Digali Maksimal

Program tax amnesty belum mampu meningkatkan pendapatan negara

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Defisit APBN melebar
Foto: Republika
Defisit APBN melebar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, melebarnya defisit anggaran sepanjang semester I 2019 akibat upaya pemerintah untuk mengoptimalkan penerimaan perpajakan masih rendah. Menurut Enny, data menjadi titik lemah pemerintah dalam menggali sumber-sumber pendapatan dari pajak.

"Kita sudah pernah melakukan tax amnesty. Seharusnya program itu bisa membantu pemerintah untuk terus meningkatkan pendapatan lewat basis data, terutama dari data Wajib Pajak Badan karena dia menjadi kontributor terbesar," kata Enny kepada Republika.co.id, Selasa (16/7).

Baca Juga

Enny pun meminta kepada pemerintah untuk tidak selalu menyalahkan kondisi eksternal atas lemahnya kinerja pendapatan dan belanja di dalam negeri. Ia mengatakan, pemerintah harus mampu mencari solusi bagi masalah fundamental yang memang dialami Indonesia saat ini.

Di satu sisi, kata Enny, rendahnya penerimaan juga lantara pertumbuhan ekonomi yang cenderung stagnan. Hal itu lantas mendorong pelemahan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menjadi indikator konsumsi dalam negeri.

Karena itu, pelebaran defisit anggaran yang diprediksi pemerintah merupakan akumulasi dari lemahnya upaya mendongkrak penerimaan pajak dan pelemahan pertumbuhan ekonomi.

Lebih lanjut, Enny mengakui pelebaran defisit anggaran menjadi 1,93 persen memang cenderung aman dan di bawah dari batas aman sebesar 3 persen. Meski demikian, kondisi itu tetap mencerminkan bahwa berbagai upaya pemerintah dalam memberikan insentif di berbagai sektor belum mampu membuat kinerja keuangan membaik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement