Selasa 16 Jul 2019 22:13 WIB

Kemnaker Sebut Bonus Demografi Jadi Tantangan

Di era bonus demografi ini terjadi revolusi industri yang sangat cepat

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Gita Amanda
Anak-anak memperingati hari Kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia dengan mengikuti karnaval. Bonus demografi Indonesia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan menciptakan sumber daya manusia berkualitas.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Anak-anak memperingati hari Kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia dengan mengikuti karnaval. Bonus demografi Indonesia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan menciptakan sumber daya manusia berkualitas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyebut bonus demografi yang tengah dialami Indonesia menjadi tantangan. Jika bonus demografi berisi generasi yang bisa membuat hal-hal produktif maka ini menjadi keuntungan dan sebaliknya jika gagal akan menjadi beban.

Baca Juga

"Bonus demografi jadi tantangan. Sebenarnya kita sudah menikmati bonus demografi sejak tujuh tahun lalu yang ditandai penduduk usia produktif lebih dari 70 persen populasi total dan puncaknya 2030 mendatang. Tetapi kalau generasi ini tidak bisa menghasilkan hal produktif maka bisa beban negara," kata Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemnaker Bambang Satrio Lelono di acara FGD bertema 'Meningkatkan Daya Saing Nasional Melalui Pelatihan Vokasi', di Jakarta Selatan, Selasa (16/7).

Karena itu ia menyebut bonus demografi bisa berhasil jika memanfaatkan tiga faktor. Pertama adalah kesehatan, kedua pendidikan dan pelatihan, dan ketiga iklim tenaga kerja yang sehat. Kalau bisa mengelola tiga faktor tersebut dengan sukses, ia optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat mencapai 8 persen per tahun. 

Di kesempatan yang sama, Ekonom senior Raden Pardede menambahkan, Indonesia hanya memiliki waktu tidak lebih dari 15 tahun menikmati bonus demografi. 

"Padahal di era bonus demografi ini terjadi revolusi industri yang sangat cepat dan adanya disrupsi, jadi banyak pekerjaan yang membutuhkan rutinitas akan hilang. Ini menjadi tantangan kita dan Indonesia tidak punya banyak waktu," katanya.

Karena itu, ia menyebut bonus demografi ini menjadi tantangan dan ia meminta generasi mudia usia prodiktif harus segera mendapat pelatihan yang tepat sasaran. Ia meminta pemerintah melakukannya karena perkembangan zaman di era bonus demografi yang terus berjalan.

"Era ini tidak akan menunggu," ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement