REPUBLIKA.CO.ID, Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin telah memenangkan Pilpres 2019. Di balik kesuksesan Jokowi-Ma'ruf, hadir sosok Erick Thohir yang menakhodai kapal besar Tim Kampanye Nasional (TKN) yang membawa Jokowi-Ma'ruf meraih 55,50 persen atau sebanyak 85.607.362 suara.
Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf ini tidak ingin kemenangan Paslon 01 hanya menjadi kemenangan salah satu kubu. Ini adalah kemenangan bersama, kemenangan masyarakat Indonesia.
Terlebih, kedua pemimpin sudah bertemu. Erick menilai, selanjutnya ada tantangan yang lebih besar yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Namun, Indonesia memiliki modal besar untuk menghadapi tantangan itu. Indonesia menyimpan senjata andalan 'Gotong Royong' yang menjadi pegangan hidup masyakarat sejak dulu.
Lalu, apa selanjutnya yang akan dilakukan Erick di TKN dan sesudahnya? Berikut petikan wawancara Republika dengan Ketua TKN Erick Thohir yang juga pemilik Mahaka Media Grup ini.
Apa resep sukses membawa TKN mengantar Jokowi kembali memimpin Indonesia?
Saya hadir sebagai profesional, seperti Pak Jokowi sampaikan saat mengangkat saya menjadi ketua TKN. Saya juga objektif, tidak egois, bahkan saya me-manage ego.
Sukses pemilu bukan karena TKN, banyak yang sudah berkeringat dan bekerja. Di mana ada relawan TKN dan rakyat secara besar. Kita bisa lihat partisipasi rakyat hampir 81 persen.
Tentu, ada gimmick strategi yang kita lakukan. Selain figur Pak Jokowi yang sudah bagus, karena beliau adalah figur yang datang dari rakyat, ingin kerja untuk rakyat, dan bersih. Tetapi, kita coba angkat unsur yang lebih besar dan menarik. Contohnya pada saat kampanye penutupan di Jakarta, kita punya mimpi memacetkan Jakarta.
Selain GBK Senayan full, kita mau Jakarta macet. Siapa yang bergerak? Ada relawan, partai koalisi, dan yang terpenting rakyat datang. Dan, itu terbukti menjadi sebuah event politik terbesar di dunia. Saat itu banyak wartawan asing bilang 'ini konser rock terbesar yang pernah saya lihat', ini joke.
Kampanye selain unsur entertainment, ada unsur ideologi yang kita perjuangkan sebagai bangsa. Karena ini penting, jangan kampanye jadi menyeramkan, politik menakutkan. Saya yakin karena seluruh bangsa dan rakyat Indonesia kita tidak jual ketakutan.
Seperti saat presiden terpilih menyampaikan visi Indonesia. Bagaimana menyampaikan yang harus diubah, lima poin besar, ubah ke arah yang tepat, saat sudah tepat, mimpi sudah tepat. Tahun 2045 kita jadi negara besar. Hal ini harus terus lakukan dan tentu secara pribadi tak mau jemawa.
Cita-cita saya diberi kesempatan selalu saya berikan yang terbaik, apa yang yang saya punya untuk kepentingan orang banyak ini saya buktikan bukan kerja sendiri, melainkan sama-sama.
Erick Thohir menjenguk relawan kampanye akbar 01 yang terbaring sakit, Ahad (14/4).
Apa mimpi ke depan setelah ini?
Mimpi saya ke depan, simple, Indonesia jadi negara besar, tidak mau bermimpi Indonesia terpecah-pecah. Karena, saya yakin dengan track record Indonesia yang merupakan pasar terbesar keempat dunia, negara Islam terbesar dunia, generasi muda juga banyak mencapai 58 persen, ranking ekonomi naik. Mohon maaf saya bukan menuduh, banyak juga kekuatan asing yang iri, tidak ingin Indonesia jadi negara besar.
Tetapi, tentu sebagai bangsa jangan gampang terpecah. Kita sudah dipecah dari zaman Belanda melalui devide et empera selama 350 tahun. Masa mau dipecah lagi? Apalagi jika ada tangan asing. Kita harus jaga, kembalikan ke budaya kita, budaya Indonesia. Kultur kita Indonesia yang kita kenal itu cita-cita saya. Berharap ini menjadi suatu hal yang harus kita tuju sama-sama.
Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir bertemu dengan Sandiaga Uno yang merupakan mantan Cawapres RI pendamping Prabowo Subianto pada acara Young Penting Indonesia di Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (13/7).
Apa yang akan dilakukan TKN dalam waktu dekat?
Kalau saya tentu pada saat ini sedang menunggu pembubaran TKN. Karena, saya rasa TKN sudah bekerja maksimal, relawan juga tentunya, setelah ini dibubarkan. Alhamdulillah sempat umrah, mungkin setelah dibubarkan, saya kebetulan ingin yang dekat-dekat dulu. Sediakan waktu sama keluarga. Saya ingin cepat-cepat berkumpul bersama keluarga, kebetulan sedang kumpul.
Tentu, sisi lainnya kembali membangun ekonomi Indonesia. Saya pengusaha, tantangan dunia media sangat kompleks, bagaimana industri radio, koran, periklanan, televisi, terancam digitalisasi.
Di sisi lainnya, tentu akan ada tantangan yang sedang saya pikirkan mengenai industri koran dan televisi. Ini saya ingin cepat-cepat kembali berpikir karena saya terhormat sebagai pengusaha karena membuka lapangan kerja, bayar pajak, dan lain-lain.
Bisa diceritakan soal pertemuan Jokowi-Prabowo yang dinilai melegakan banyak pihak?
Saya rasa pertemuan antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo adalah pertemuan dua figur yang cinta NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan Merah Putih. Jadi, pertemuan itu bukan dipaksakan. Tetapi, hati nurani dari kedua pemimpin ini yang ingin melihat Indonesia kembali bersatu, bekerja, berkompetisi.
Saya yakin pertemuan kemarin tidak ada deal politik karena disampaikan juga kepada masyarakat. Pak Prabowo menyatakan, 'Saya sahabat Jokowi, saya juga akan siap mengkritik pemerintah kalau jalannya tidak baik.' Pak Jokowi juga sudah menjawab dalam visi Indonesia lalu, negara demokrasi perlu adanya opsisi. Tetapi, bukan opsisi yang dilandaskan oleh dendam, kebencian, hina, atau memecah belah.
Ketua Umum Tim Kampanye Nasional (TKN) Erick Thohir memberikan sambutan pada acara syukuran kemenangan Pemilu 2019 di The Pallas, SCBD, Jakarta, Ahad (21/4).
Bagaimana potensi Indonesia ke depan di mata internasional?
Saya Islam, tidak merasa Islam berbeda. Memang ada Syiah, Suni itu sebuah kepercayaan masing-masing. Tetapi, Islam saling menghormati dan kita, mohon maaf, kita paling besar penduduk muslim, kita kasih lihat kepada negara lainnya, Indonesia negara Islam terbesar yang bisa jalan maju. Kalau kita lihat, bayangkan teman-teman yang ada di Timur Tengah membuat perubahan yang sebenarnya di Indonesia sudah ada.
Misalnya, ketika Qatar sekarang terbuka, tetapi bukan terbuka bebas, tetap norma Islam disepakati. Qatar terbuka dengan punya media Al-Jazeera-nya, punya bisnis di mana-mana, bikin sepak bola. Pertandingan sepak bola boleh ditonton oleh pria dan wanita, tidak dipisah, Qatar sudah melakukan. Dubai kemarin kedatangan pemimpin tertinggi umat Katolik Paus.
Terbuka bukan berarti kenapa-kenapa, ini bagian menghormati, bagaimana mereka mau dilihat sebagai negara yang moderat. Sekarang di Arab Saudi, silakan lihat ke Kota Jeddah yang dibilang Kota Jeddah Tua di mana ada masjid berumur 1.400 tahun.
Ini juga luar biasa dan di Jeddah sekarang sudah ada bioskop, tetapi filmnya dijaga, ada konser musik. Saya menyaksikan sendiri keluarga bersama-sama. Ini bukan berarti kita menjunjung liberal, bukan. Kita ini mesti menjadi panutan Islam moderat yang selama ini menjadi kekuatan Indonesia selama ini yang membuat Indonesia besar.
Apakah kita sebagai bangsa ada kekurangan, mungkin ada, kita perbaiki dan alhamdulillah Pak Jokowi sudah memastikan, pembangunan ekonomi yang merata, tingkat kaya dan miskin tertekan. Cukup? Tidak. Harus kita tingkatkan dan ini yang saya rasa bagian penting buat kita semua, kita harus saling belajar karena kita negara yang besar.
Erick Thohir di war room TKN bersama sejumlah perwakilan media asing, Selasa (30/4).
(ed: agus raharjo)