REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ana Setyastuti mengungkapkan masyarakat Indonesia jarang mengonsumsi teripang atau timun laut. Padahal, binatang laut berkulit duri ini memiliki manfaat untuk mencegah stunting atau kekerdilan.
"Sebagian besar teripang yang dipanen oleh nelayan Indonesia di ekspor ke Hong Kong, Cina, dan Singapura," kata Ana Setyastuti di Kantor P2O LIPI, Ancol, Jakarta Utara, Selasa (16/7).
Ia mengatakan teripang lebih digemari masyarakat Cina bahkan dianggap sebagai makanan mewah. Berdasarkan sebuah studi antropologi, lanjut dia, teripang diminati masyarakat Cina sejak abad ke-16, atau pada era Dinasti Ming.
"Mengapa? Karena menurut mereka (teripang) seperti ginseng laut yang membuat stamina tubuh makin tinggi dan meningkatkan vitalitas. Pengetahuan terkini menyatakan bahwa mereka memiliki kandungan antikanker, anti-HIV, antibakteri, dan kolagen yang tinggi," tuturnya.
Pada saat ini, kata dia, apa yang dilakukan LIPI masih tahap mengeksplorasi kandungan anti-stunting itu tadi. Setelah tahap eksplorasi, pihaknya akan meminta kepada teman-temannya yang bisa membudidayakan jenis tersebut.
"Setelah dibudidayakan, akan di-scale up ke skala industri. Selanjutnya, kami akan berdiskusi dengan kementerian terkait untuk menyuplai daerah rawan stunting dengan itu," tuturnya.