REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sekretaris Federasi Guru Independen Indonesia, Iwan Hermawan menyatakan saat ini Pemerintah Kota Bandung sudah memiliki perhatian pada honorer walaupun belum semuanya. Walau begitu masih ada guru honorer yang memiliki gaji di bawah UMR.
"Dari Kota Bandung sudah ada tunjangan walaupun belum semua dan belum merata," ujar Iwan kepada Republika, Selasa (16/7).
Iwan mengatakan, Gubernur Jabar dan Wali Kota Bandung sebenarnya sudah memberikan perhatian pada guru honorer. Salah satunya, ada kebijakan memberikan gaji Rp 80 ribu pada guru honorer. Namun, masih ada guru yang mengabdi tapi gajinya tak sesuai dengan kebutuhan hidup minimum.
"Hingga saat ini, masih ada guru-guru honorer yang gajinya di bawah UMR (Upah Minimum Regional). Karena, baru 60 persen guru yang sudah digaji pemerintah. Gaji mereka, dibeban masyarakat. Lewat SPP bulanan," katanya.
Seorang guru honorer SD di salah satu sekolah di Kota Bandung, Tedi Bule (42 tahun) mengaku sudah menjadi guru honorer selama 14 tahun. Ia hanya mendapatkan gaji dari sekolah Rp 300 sampai 400 ribu.
"Gaji itu yang di dapat. Memang sangat jauh dengan guru PNS. Padahal beban kerja kami sama bahkan lebih berat," katanya.
Menurut Tedi, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari biasanya selain mengajar ia memberikan les bola. Bahkan, beberapa temannya selain mengajar ada yang menyambi sebagai tukang ojek online.
"Kalau bulan puasa, les bola saya libur jadi saya benar-benar ga ada penghasilan tambahan. Kalau teman saya banyak yang jadi tukang ojek online untuk nambah-nambah," katanya.