REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia mengatakan upaya untuk mengenalkan kembali kebaya sebagai busana sehari-hari perlu upaya yang beragam. Salah satunya dengan mensosialisasikan dan mendekatkan kebaya dengan komunitas muda.
Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya Rahmi Hidayati mengatakan meski kebaya adalah busana yang dulu lazim dipakai perempuan Indonesia, kenyataannya banyak generasi sekarang yang hanya tahu namanya saja.
"Banyak yang enggak tahu ini kebaya, atau baju kurung, atau apa? Maka dari itu kebaya perlu sosialisasi," ucap Rahmi dalam diskusi tentang kebaya di Museum Nasional, Jakarta, Selasa (17/7).
Ia tidak memungkiri kalau ada beberapa pakem tertentu dalam berkebaya. Cara pakai juga disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing, tetapi untuk memasyarakatkan kebaya perlu disosialisasikan juga bagaimana menggunakan kebaya yang lebih sederhana.
"Perlu disosialisasikan bagaimana cara pakai kain, supaya enggak ribet. Hal-hal ini disosialisasikan, orang enggan karena dianggap sulit, kalau diajari cara yang lebih mudah perlahan-lahan orang akan mencintai kebaya," ucap dia.
Dengan begitu, cita-cita untuk mengembalikan lagi pamor kebaya sebagai busana asli yang perlu dicintai akan terwujud.
"Dia adalah warisan budaya, dan punya sejarah terlibat dalam gerakan Indonesia. Kebaya diterima seluruh Indonesia. Kita perlu menjaga konsistensi kebaya dengan pakai kebaya," ucap dia.
Rahmi pun berharap gerakan yang pihaknya gagas sejak 2014 ini bisa mengundang perhatian pemerintah agar mendukung dan mempersiapkan hari khusus untuk kebaya.
"Saya harap ke depan pemerintah support ada hari Kebaya Nasional. Selasa Berkebaya ini salah satu gerakan yang dilakukan. Gerakan ini bahkan diikuti teman-teman di Amerika. Gaungnya sudah lumayan," ucap dia.