Rabu 17 Jul 2019 07:47 WIB

Pembelaan Seorang Amien untuk Prabowo

Amien meminta para pendukung Prabowo-Sandi tak mudah termakan hoaks.

Rep: Febrianto Adi Saputro/Ali Mansur/ Red: Teguh Firmansyah
Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional  (PAN) Amien Rais menggelar konferensi pers merespons pertemuan Prabowo-Jokowi di Jalan Daksa I Nomor 10, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (15/7).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais menggelar konferensi pers merespons pertemuan Prabowo-Jokowi di Jalan Daksa I Nomor 10, Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (15/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus senior Partai Amanat Nasional Amien Rais akhirnya bertemu dengan eks capres 02 Prabowo Subianto. Pertemuan ini sekaligus menjawab kegelisahan Amien ihwal pertemuan Prabowo dan Joko Widodo.

Amien sebelumnya bertanya-tanya soal alasan Prabowo ketemu Jokowi. Amien memang telah menerima surat dari mantan danjen Kopassus itu. Namun, isi surat belum menjawab semua pertanyaan itu. Salah satu pesan dalam surat adalah keinginan Prabowo untuk bertemu dengan Amien.

Baca Juga

Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais berpesan agar para relawan dan pendukung pasangan capres cawapres Pemilu 2019 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno tidak mudah termakan hoaks. Menurutnya tidak ada sama sekali yang berubah dari Prabowo.

"Kepada para relawan jangan salah tangkap, saya ketua dewan pembina BPN, saudara relawan jangan terperangkap hoaks, oleh halusinasi dan imajinasi yang berlebihan, prabowo sekarang adalah prabowo yang dulu juga," kata Amien di kediamannya di Gandaria, Jakarta, Selasa (16/7) malam.

Amien menilai pertemuan antara Prabowo dengan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi)  merupakan bentuk kebesaran jiwa Prabowo. Ia kembali meminta agar pendukung dan relawan tidak menganggap bahwa ada kompromi di balik pertemuan kedua tokoh tersebut.

Sebelumnya sejumlah pihak menyayangkan adanya pertemuan antara Prabowo dengan Jokowi pada Sabtu (13/7) lalu. Sebagian besar yang tadinya mengaku pendukung Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019 merasa kecewa dan menduga pertemuan tersebut merupakan sebuah upaya bagi-bagi kursi.

photo
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berjabat tangan saat tiba di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7).

Persaudaraan Alumni (PA) 212 menyayangkan telah terjadi pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto. PA 212 menyatakan pertemuan itu tidak dirembukan secara bersama. "Pertemuan itu dilakukan dengan tidak pernah mengkomunikasikan bersama kami dari elemen eleman alumni 212," kata juru bicara PA 212, Novel Bamukmin, saat dihubungi, Ahad (14/7).

Novel menuding terdapat dalang yang menginisiasi pertemuan itu tanpa sepengetahuan elemn pendukung Prabowo. Dia menyebut Prabowo lebih percaya pada dalang itu.

Padahal, lanjut Novel, rencana pertemuan antar Jokowi dan Prabowo sudah di ketahui dan ditolak lebih awal. Bahkan, Novel menjelaskan, sehari sebelum pertemuan emak-emak militan telah melakukan demo di kediaman Prabowo.

"Justru kami duga Prabowo lebih percaya kepada penghianat yang ada disekilingnya," ungkapnya.

Saat ditanya terkait dalang yang mengindikasikan pertemuan itu, Novel tidak menyebut nama. Namun, dia mengatakan, dalang itu berasal dari unsur partai.

Kedepan, elemen yang menolak pertemuan Jokowi-Prabowo misalnya, Persaudaraan Alumni atau PA 212, Gerakan Nasional Pengawas Fatwa Ulama, Front Pembela Islam, dan Forum Umat Islam akan mengambil sikap. Pihaknya akan segera mengadakan Ijtima Ulama empat segra.

"Nah untuk itu semua akan diputuskan dalam hasil Ijtima Ulama ke-IV Insyaallah awal Agustus," ucapnya.

Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade mengerti dengan perasaan kecewa dari para pendukung Prabowo.  Apalagi para pendukungnya telah bekerja sangat keras sepanjang Pilpres 2019.

Namun, Andre menegaskan, Prabowo tidak mungkin mengkhianati para pendukungnya hanya demi jabatan. "Saya ingin tegaskan kami adalah partai yang tidak gampang tergoda kursi kabinet dan jabatan lainnya," tegas Andre saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (16/7).

Tidak hanya itu, kata Andre, Prabowo bersama Partai Gerindra telah menjadi oposisi sejak berdiri hingga saat ini. Tidak hanya konsisten di luar pemerintahan juga berkali-kali menolak iming-iming jabatan. Artinya sangat tidak mungkin Prabowo berkhianat hanya demi mendapatkan jatah kursi untuk partainya. Bahkan, selama pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla pihaknya tidak mengambil tawaran kursi kabinet.

"Terus sekarang Pak Prabowo juga Gerindra dituduh telah mengkhianati cuma untuk mendapatkan jabatan. Ingat 10 tahun kami berada di luar pemerintahan. Tentu fakta ini membuktikan kami konsisten dan tidak gampang tergoda,” tutur mantan juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga itu, Selasa (16/7).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement