Rabu 17 Jul 2019 16:29 WIB

Dirjen: Penerapan Pajak Digital Seperti Dua Sisi Mata Uang

Pemerintah masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menerapkan pajak digital

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Pajak kegiatan ekonomi digital.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Pajak kegiatan ekonomi digital.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengungkapkan beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam penerapan pajak digital. Dirjen Pajak Kemenkeu Robert Pakpahan mengatakan penerapan pajak digital layaknya dua sisi mata uang.

Tantangan pertama yaitu mengenai bagaiamana pemerintah mewujudkan regulasi. "Ini mengenai bagaimana regulasi itu adil, kompetitif, hingga memberikan kepastian hukum," kata Robert dalam sebuah acara dikusi di Jakarta, Rabu (17/7).

Baca Juga

Selain itu, tantangan dalam regulasi juga bagaimana aturan tersebut mumudahkan untuk kepatuhan pajak. Hal tersebut juga menurutnya harus didukung dengan memiliki sistem regulasi yang baik.

Kedua, kata Robert, Direktorat Jenderal Pajak Juga harus bisa menggunakan tekonologi digital. "Ini kaitannya inyegrasi dan kostumer sentris, hemat biaya bagi pembayar maupun DJP," tutur Robert.

Robert mengakui saat ini isu ekonomi digital mulai sering menjadi isu yang dibahas dalam forum perpajakan di Indonesia maupun skala dunia. Terlebih, dia mengatakan Indonesia masuk dalam urutan tiga besar di Asia untuk kegiatan ekonomi digital setelah Cina dan India.

Dia menjelaskan dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia menjadi pasar yang menjanjikan bagi industri berbasis digital. "Pada April 2019, terdapat lebih dari 170 juta pengguna aktif internet di Indonesia," ungkap Robert.

Selain itu, Robert memaparkan ekonomi digital pada 2018 menujukkan capaian nilainnya mencapai 27 miliar dolar AS. Dia mengatakan dari total nilai tersebut, sebanyak 49 persen transaksi digital di Asia Tenggara terjadi di Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement