Rabu 17 Jul 2019 18:51 WIB

Gunakan Speed Boat, Lazis Wahdah Bantu Korban Gempa

Dibutuhkan waktu berjam-jam untuk mencapai lokasi korban gempa Halmahera Selatan.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Gita Amanda
Relawan LAZIS Wahdah dan SAR Wahdah Islamiyah harus bekerja keras untuk mencapai Desa Seketa, Halmahera Selatan yang merupakan wilayah terdampak parah gempa berkekuatan 7,1 SR, Senin (15/7) kemarin.
Foto: LAZIS Wahdah
Relawan LAZIS Wahdah dan SAR Wahdah Islamiyah harus bekerja keras untuk mencapai Desa Seketa, Halmahera Selatan yang merupakan wilayah terdampak parah gempa berkekuatan 7,1 SR, Senin (15/7) kemarin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Medan yang sulit menjadi tantangan para relawan untuk mengirimkan bantuan ke beberapa wilayah terdampak gempa di Kabupaten Halmahera Selatan. Menurut relawan dari Lazis Wahdah, Syukri Turusi dibutuhkan waktu berjam-jam untuk mencapai lokasi.

Pada Rabu (17/7), Lazis Wahdah dan Wahdah Peduli bersama tim gabungan dari TNI, Polri, Tagana, BNPB  serta sejumlah relawan yang tergabung dalam asosiasi lembaga pengelolaan zakat melakukan penyisiran dan asesmen ke seluruh area pesisir Kecamatan Gane luar, Game dalam dan Game Barat serta ke pulau Obi untuk selanjutnya memetakan dalam pembagian distribusi logistik dan pelayanan medis untuk korban gempa.

Baca Juga

Beruntung meski  jarak tempuh yang jauh dengan medan yang sulit, relawan tetap mampu menyalurkan bantuan dengan menggunakan dua kapal motor atau speed boat dalam proses pemetaan titik-titik pelayanan untuk korban gempa Halmahera Selatan.

“Di Halmahera kita sangat kesulitan untuk akses masuk ke pulu-pulau. Jarak yang jauh membutuhkan waktu lama. Jika kita pakai perahu kayu bisa sampai 12 jam. Kalau pake speed boat bisa capai 4 jam saja,” kata Syukri Turusi dalam pers rilis yang diterima Republika,co.id pada Rabu (17/7).

Sementara itu catatan Lazis Wahdah dari laporan yang diterima hingga saat ini ada enam orang korban meninggal yang berhasil teridentifikasi. Lima korban menjngga diakibatkan reruntuhan bangunan, sedangkan satu korban meninggal di pengungsian.

Korban yakni Saima (90 tahun) warga Nyonyifi meninggal dunia di pengungsian daerah dataran tinggi di Desa Nyonyifi, Kecamatan Bacan Timur. Selain itu korban meninggal dunia lainnya pascagempa tersebut yakni Aisyah (54 tahun), asal Desa Ranga-Ranga, Gane Barat Selatan, Aspar Mukmat (20), Desa Gane Dalam, Gane Timur Selatan, Sagaf Girato (50), Desa Yomen, Joronga, Aina Amin (50), Desa Gane Luar Kec. Gane Timur Selatan, danWiji Siang (60), Desa Gane Luar Kec. Gane Timur Selatan.

Sementara itu bantuan logistik terus mengalir untuk penanganan darurat baik dari Pemerintah maupun relawan dari berbagai lembaga dan organisasi. BNPB mengirimkan  1 unit helikopter Mi-8 untuk mendistribusikan bantuan, seperti tenda keluarga dan barang lainnya. Bantuan tenda lain telah disiapkan pengirimannya melalui pesawat Hercules yang tiba pada Selasa (16/7) malam. Menurut Syukri selain pengiriman via udara, BNPB telah mengirimkan dukungan logistik melalui kapal. Bongkar muat dari kapal tanker ke kapal yang lebih kecil telah dilakukan.

Sementara itu sejauh ini Pemerintah Halmahera Selatan telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat. Dapur umum yang dioperasikan pemerintah daerah (pemda) yang dibantu TNI dan Polri serta NGO FOZ untuk melayani 9 pos pengungsian di Kota Labuha. Pemerintah setempat menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15 - 21 Juli 2019.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement