REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku Utara (Malut) mencatat sebanyak 54.789 jiwa mengungsi karena terdampak gempa magnitudo 7,2 di Kabupaten Halmahera Selatan. Mereka tersebar di 15 titik pengungsian. Selain itu, gempa juga menyebabkan enam orang meninggal dunia.
Sekretaris BPBD Malut Ali Yau dalam keterangan pers yang diterima pada Kamis (18/7) menyatakan berdasarkan data sementara jumlah korban luka berat mencapai 34 orang. "Korban luka ringan 97 orang dan meninggal dunia mencapai enam orang," jelasnya.
Enam korban yang meninggal akibat gempa di Halsel adalah Saima Mustafa (90 tahun), Aspar Mukmat (20 tahun), Aina Amin (50 tahun), Wiji Siang Kale (60 tahun), Sagaf Girato (50 tahun), dan Aisya Amin (50 tahun). "Ahli waris korban meninggal akan diberi santunan," ujar Ali Yau.
Jumlah rumah yang mengalami rusak berat 963 unit dan rusak ringan 1.215 unit. Tim yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, RAPI, PMI, dan ACT (Aksi Cepat Tanggap) mendistribusikan logistik ke lokasi pengungsian di Kecamatan Bacan Timur, Kecamatan Bacan Timur Tengah Kecamatan Gane Dalam, Kecamatan Gane Timur, dan Kecamatan Gane Barat.
Ratusan pengungsi gempa mengeluhkan kurangnya stok makanan dan minuman, terutama di kawasan Kepulauan Joronga. Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos Rachmat Koesnadi menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan pemda setempat dalam penanganan korban terdampak gempa.
"Kami telah menerjunkan petugas perlindungan sosial korban bencana alam dari pusat untuk asessment kebutuhan serta pendataan ahli untuk mendapatkan santunan ahli waris bagi korban gempa Halsel," kata Rachmat.
Selain itu, tim Kemensos telah mengerahkan Tagana Malut dan Kabupaten Halsel untuk mengevakuasi korban ke tempat aman. Mereka juga memberikan pelayanan dapur umum lapangan dan pelayanan dukungan psikososial serta distribusi bantuan logistik, paket sembako, dan bantuan peralatan kebersihan.